21.7.10

> 21.07.10: Ilmu Vs. Amal







Ilmu Vs Amal

Jakarta | Wed 21 Jul 2010


Kaburo maqtan - murka besar. Itulah warning sikap Allah SWT terhadap NATO - not action talk only atau OMDO - omong doang didalam Al-Quran surat Shaff.

Di surat Al-Baqoroh, kepada yang memerintah orang lain untuk berbuat kebaikan tetapi melupakan dirinya sendiri Allah SWT bertanya afala ta‘qilun ‘“ apakah kalian tidak berakal?

Ketika pengurus pusat sebuah ormas Islam besar mengeluarkan fatwa bahwa merokok itu haram, Masya Allah reaksi negatif masyarakat, bahkan dari sebagian anggota ormas itu sendiri. “Yang mengharamkan itu kan organisasi, saya mah tidak” kata seorang pengurus ranting.

Beberapa ratus meter dari Kabah ada billboard raksasa gambar jantung dibakar rokok. Tetapi di forum nasional Ijtima Ulama di Padang Panjang, upaya untuk memfatwakan rokok haram, tidak berhasil. Conflict of interest terlalu besar. Antara lain, jauh sebelum ilmu bahaya rokok terungkap, para Ulama sepuh yang wajib ditakdzimi sudah jadi perokok. Rokok sudah menjadi sumber tenaga, sumber ilham. Belum lagi banyak yang bisa naik haji karena menjadi bandar tembakau.

Tipikor ‘“ tindak pidana korupsi lebih ironis lagi. Banyak pelakunya dari kalangan penegak hukum yang eselonnya sudah menyundul langit. Jenjang kepangkatannya sudah mencapai tingkat yang paling tinggi. Di Kepolisian sudah mencapai tingkat ‘bintang‘, sedangkan di kejaksaan dan kehakiman sudah mencapai tingkat ‘agung‘.

Bahkan birokrat dari kalangan ilmuwan yang gelarnya sudah mentok sudah tidak ada lagi gelar diatasnya: Professor Doktor. Guru besar.

Ketika beberapa tahun lalu KPK menangkap tangan seorang anggota KPU sedang menyuap pengawas BPK di sebuah hotel, masyarakat Indonesia terperangah. Bukan karena nominal angpau yang dianggap cingcai karena ‘hanya‘ beberapa ratus juta saja, melainkan karena pelakunya seorang ilmuwan yang dihormati. Kok bisa, ya?

Lengkaplah sudah tipikor dilakukan oleh mereka yang segalanya sudah menyundul langit. Mantan Kapolri, mantan Hakim Agung, mantan Jaksa Agung (Muda), mantan Menteri, bahkan Menteri Agama.

Saat ini di Wikipedia sudah ada daftar koruptor Indonesia. Merinding melihat begitu banyak orang-orang berpendidikan sangat tinggi yang sudah divonnis yang terdaftar di ensiklopedia online internet terbesar di alam raya itu. Dan sudah dipastikan daftarnya akan bertambah panjang. Daftar yang akan dibaca bergenerasi-generasi kedepan.

Apa sih susahnya ilmu tipikor? Ini rumusnya: memperkaya diri dan atau orang lain serta merugikan negara. Sederhana.

Masalahnya bukan di sederhana atau sulitnya ilmu tetapi apakah ilmu itu mendatangkan manfaat dengan diamalkan. Sedangkan ilmu yang tidak bermanfaat saja jika diamalkan bisa mendatangkan kehebatan. Misalnya ilmu copet Jenderal Nagabonar.

Di dunia korporasi ada ISO: tulis yang akan dikerjakan dan kerjakan apa yang sudah ditulis. Itu adalah prosedur yang terdiri atas rangkaian ‘ilmu-ilmu‘ sederhana. Mengapa secara rutin lembaga pemberi sertifikasi harus melakukan pengecekan terhadap perusahaan pemegang sertifikat ISO? Rupanya jangankan di tingkat individu, di tingkat korporasi saja melaksanakan atau ‘mengamalkan‘ ilmu itu secara konsisten na‘udzubillah sulitnya.

Do‘a Nabi ketika minum air zamzam adalah meminta ‘ilman nafi‘a ‘“ ilmu yang bermanfaat, dan salah satu do‘a perlindungan Nabi adalah: min ‘ilmin laa yanfa dari ilmu yang tidak bermanfaat.

Yang gawat di Al-Quran surat Az-Zukhruf dinyatakan bahwa sorga itu diwariskan karena ta‘malun-amal. Jadi bukan karena ta‘lamun-ilmu. Konsekwesinya, ilmu yang tidak diamalkan bisa membawa ke neraka. Wah.

Teddy Suratmadji

20.7.10

> 14.07.10: Pernik Piala Dunia 2010









Pernik Piala Dunia 2010

Jakarta | Wed 14 Jul 2010

Ana Malik, Ana Malik ‘“ Aku Raja, Aku Raja. Ud-uni astajib lakum - berdoalah kamu sekalian pada-Ku, niscaya Aku kabulkan.


Itulah ucapan Allah SWT setiap 1/3 malam yang akhir ketika turun ke langit dunia. Saat kebanyakan manusia tidur itulah waktu terbaik untuk berdoa dan shalat tahajjud.


Senin dinihari kemarin adalah kali terakhir sholat tahajjud di belahan bumi Indonesia, terganggu selama sebulan karena hiruk-pikuknya piala dunia. Bahkan hampir jelang adzan subuh karena pertandingan Spanyol-Belanda diperpanjang 2x15 menit.


Kecuali para muslimin super-shalih, sulit untuk melewatkan pertandingan yang karena perbedaan garis lintang bumi Ibu Pertiwi dengan Afrika Selatan, maka siaran live pertandingan piala dunia itu jatuh di saat dinihari. Sayang jika melewatkan menonton pesta akbar 4 tahunan ini. Apalagi kejuaraan dunia kali ini banyak pernak-perniknya. Banyak kejutan. Misalnya Argentina yang dicukur gundul 4-0 oleh Jerman.


Mulai dari wasit yang sering membuat gemas dengan keputusan kontroversial. Misalnya goal Frank Lampard yang dianulir padahal dalam kasat mata sudah masuk tapi mental lagi keluar gawang. Atau wasit final Howard Webb yang obral kartu kuning kepada 13 pemain, termasuk 1 out karena dua kali kartu kuning menjelma menjadi merah.


Atau masalah bola Jabulani yang boleh jadi justru biang kontroversial sampai membuat Badan Antariksa Amerika Serikat NASA mengadakan test aerodinamika. Benar saja, bola ringan buatan Adidas seberat 440 gram itu sulit diprediksi. Tidak konsisten. Pantas banyak pemain dan penjaga gawang yang kecele.


Di luar lapangan, pernik yang juga menghebohkan adalah kehadiran Paul yang bagaikan paranormal dianggap mampu menebak siapa bakal juara. Sampai-sampai Majelis Ulama Indonesia MUI Pamekasan mengeluarkan fatwa murtad seumur hidup bagi yang percaya Paul, kecuali mengulangi syahadatnya. Juga MUI Jateng. Memang ada hadits yang mengatakan tidak diterima sholatnya selama 40 hari bagi yang bertanya tukang ramal. Padahal Paul hanyalah seekor gurita.


PSSI yang serombongan pengurusnya hadir di Afrika Selatan dan menggunakan dana pembinaan dari FIFA, menjadi cerita tersendiri. Seandainya Deddy Corbuzier ikut rombongan itu dan public expose disana, boleh jadi namanya jauh lebih terkenal daripada Paul karena pada tanggal 17 Juni di youtube sudah menyebutkan bakal juara dunia: Spanyol. Tidak ada komentar dari MUI. Mungkin karena Deddy menggunakan istilah mentalis..


Sisi komersial piala dunia sungguh luar biasa. FIFA makin kaya. Pemerintah Afsel menggelontorkan 5 miliar dollar untuk membangun jalan, bandara dan fasum serta 10 stadion raksasa. Tentunya sudah balik modal. Indonesia banyak kecipratan rezeki. Batik motif bola laku keras. Bola motif batik manis laris. Nonton bareng alias nobar diadakan di hotel, di café, dimana-mana walaupun ternyata harus bayar. Satu Pemda daerah penyangga ibukota disidang di tempat dan didenda 100 juta karena nobar 1/8 final tanpa izin.


Penurunan produktifitas? Jelas ada. Seorang direktur absen di rapat penting pemegang saham karena nobar di kantor, dan bangun kesiangan. Pada peresmian Situation Room oleh Presiden SBY, beberapa Menteri mengantuk karena nobar di Cikeas. Manusiawi, dan bukti nyata ketidak-berdayaan melawan hukum alam. Tetapi karena penurunan produktifitas berjamaah secara nasional bahkan global, maka harus dimaklumi, dan dimaafkan. Afwan.


The party is over. Pesta sepak bola akbar selesai sudah. Produktifitas kembali normal. Shalat tahajjud kembali khusyuk seperti sedia kala. Insya Allah.

> 07.07.10: LHKPN-KPK Vs. Audit Bukit A'raf










LHKPN-KPK vs. Audit Bukit A‘ raf

Jakarta Wed 07 Jul 2010


ADA sebuah bukit di hari akhirat nanti tempat dimana orang-orang kaya akan diaudit hartanya. Apakah zakatnya sudah dibayarkan dengan tertib? Apakah infaq-sedekahnya untuk anak yatim dan orang miskin sudah dikeluarkan? Apakah sudah nisob dan sudah melaksanakan ibadah haji? Dst, dst. Nama bukit tempat transit itu dijadikan nama surat nomor 7 dari Al-Quran Al-A‘raf.


Didalam sebuah hadits disebutkan bahwa lamanya diaudit di bukit itu bisa sampai 400an tahun. Artinya, ketika para du‘afa atau orang-orang yang lemah dan masakini atau orang-orang miskin sudah 4 abad tinggal di sorga, para aghniya atau orang-orang kaya baru menyusul kemudian. Itupun kalau hasil auditnya wajar tanpa syarat.


Disebutkan di surat itu ketika orang-orang kaya itu shurifat absoruhum melihat ke arah penghuni neraka, mereka ketakutan hartanya akan menyeretnya kesana.


Audit di akhirat itu nanti tentunya bukan sekedar LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara) yang harus diserahkan kepada KPK (Komite Pemberantasan Korupsi). LHKPN dibuat sendiri, sedangkan di akhirat nanti laporan dibuat oleh 2 Malaikat.


Setiap cash-in-halal (gaji, bonus, THR, laba halal, dsb) dan cash-out-halal (zakat, infaq, sedekah, nafkah keluarga, umroh, haji, dsb) pasti dicatat oleh Raqib. Setiap cash-in-haram (disuap, mark-up, korupsi, menang judi, dsb) dan cash-out-haram (menyuap, entertainment maksiat, kalah judi, dsb) pasti akan dicatat oleh Atid.

Maka bagi para penyelenggara negara yang mengisi LHKPN, boleh saja dianggap sebuah exercise mempersiapkan audit di akhirat.


Jika meneliti formulir isian LHKPN sebagaimana bisa diunduh dari www.kpk.go.id sesungguhnya tidak ada celah untuk tidak melaporkan harta kekayaan. Didalam LHKPN, harta dikategorikan menjadi harta tidak bergerak (tanah, bangunan), dan harta bergerak (kapal laut, pesawat udara, mobil, sepeda motor, peternakan, perikanan, perkebunan, pertanian, kehutanan, pertambangan, dll), logam mulia, batu mulia, barang seni, surat berharga (obligasi, saham, dll), uang tunai, deposito.

Teddy Suratmadji

> 30.06.10: Lisanmu Pedangmu, Harimaumu










Lisanmu Pedangmu, Harimaumu

Jakarta Wed 30 Jun 2010


Kata pepatah: lisaanukum aslihatukum ‘“ lisanmu pedangmu. Pedang itu untuk membela diri, tetapi jika tidak hati-hati menggunakannya, pedang bisa berbalik melukai pemiliknya.

Pesan seorang sufi terkenal: lisanmu harimaumu. Harimau itu binatang buas yang jika tidak diikat dengan kuat bisa membinasakan manusia.

Itulah drama tragis yang dipertontonkan Jenderal Stanley Allen McChrystal, 56 tahun, komandan pasukan Amerika Serikat di Afganistan, yang dipecat oleh Presiden Barack Obama gara-gara ucapannya yang dimuat di sebuah majalah dua mingguan mendiskreditkan Obama dan pejabat kepercayaannya.

Reputasi alumni West Point, jenderal angkatan darat berbintang 4 yang terkenal disiplin dengan empat puluh tahun lebih masa pengabdian, semua hancur dalam sekejap karena lisannya. Sang Jenderal dengan puluhan tanda jasa di dada dipecat seorang presiden sipil yang hanya mempunyai satu pin saja. Sungguh tragis.

Sudah banyak contoh yang keseleo lisan. Ada jenderal polisi yang membuat istilah “cicak lawan buaya” bagi KPK dan polisi. Akibatnya ‘“saat itu- sungguh luar biasa buruk bagi sang jenderal. Demo hampir di seluruh negeri. Ada lagi pejabat tinggi sipil yang membuat istilah “jelita dan jelata” untuk Manohara dan Prita. Keduanya adalah wanita yang saat itu sedang berperkara. Ada lagi politisi yang keliru memanggil ‘Daeng‘ kepada mantan Wapres yang jelas saja tidak sesuai dengan martabatnya, karena seharusnya dipanggil ‘Puang‘.

Itu semua adalah lisan dalam konteks hablun minan naasi ‘“ hubungan sesama manusia. Tetapi sering berakibat ‘tiada maaf bagimu‘. Di negara lain, pejabat publik yang salah ucap banyak yang sampai harus meletakkan jabatannya. Contoh terkini ya MacChrystal itu tadi.

Di Indonesia, sulit disangkal bahwa kejatuhan mantan Presiden Abdurrahman Wahid diantaranya adalah karena akumulasi dari lisan-lisan almarhum yang bagi kebanyakan bangsa Indonesia terasa bagaikan pedang. Melukai banyak orang, tetapi kemudian menjadi berbalik melukai sendiri. Maka beberapa jam sebelum dekrit Presiden dibacakan untuk diantaranya membubarkan DPR, Gus Dur disalip oleh Sidang Istimewa MPR untuk di impeachment.

Bahwa kemudian setelah wafat, banyak ucapannya yang terbukti benar, misalnya mengatakan anggota DPR waktu itu sebagai ‘anak TK‘, itu adalah kefadlolan Gus Dur yang terlambat disadari oleh bangsa Indonesia.

Lalu bagaimana dengan lisan dalam konteks hablun minalloohi ‘“ hubungan dengan Alloh SWT?

Sabda Nabi: barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah ia berkata baik au liyasmuth - atau diam.

Lisan yang sepertinya tidak ada apa-apanya, ternyata besar hisabannya di sisi Allah. Ucapan dzikir subhanalloh, alhamdulillah, laa ilaha illallohu, allohu akbar, pahalanya sungguh besar. Sebaliknya, hanya ucapan ‘sialan‘, ‘dasar‘, atau ucapan-ucapan sebangsanya, adalah ucapan dosa. Ucapan syirik yang menyekutukan Allah bahkan akan membawa ke jahannam.

Firman Allah SWT didalam Al-Quran: tidak ada satu kata yang diucapkan melainkan pasti dicatat oleh malaikat Raqib dan Atid.

Kembali ke hablun minannas, sebetulnya banyak kejadian di kalangan korporasi yang keseleo lisan, tetapi tentu saja tidak terpublikasi karena tidak memiliki nilai berita.

Sangat penting bagi puncak pimpinan di sebuah korporasi untuk menghemat bicara. Sebab kalau seorang CEO salah bicara karena terlalu mengobral bicara, repot sudah. Tetapi kalau corporate secretary atau humas yang bicara, jika terjadi keseleo lisan masih ada yang bisa “dioknumkan” sehingga nama korporasi bisa diselamatkan.

Teddy Suratmadji

> 16.06.10: Pahala Cinta Produk Indonesia







Pahala Cinta Produk Indonesia

Jakarta Wed 16 Jun 2010


HUBBUL wathan minal iman ~ cinta tanah air adalah bagian daripada iman, demikian kata sebuah pepatah. Jika dikembangkan, boleh-boleh saja pepatah itu menjadi berbunyi ‘cinta produk tanah air adalah bagian daripada iman‘. Demikian krusialnya kelangsungan produk dalam negeri, sampai-sampai pemerintah semua negara di dunia mengenakan proteksi pajak impor yang tinggi supaya barang luar negeri menjadi mahal dan kalah bersaing.


Adanya proteksi, apalagi di negara-negara sekuler, tentu saja bukan karena alasan religius seperti pepatah Arab tadi, tetapi karena alasan ekonomi. Jika produk dalam negeri tidak laku, bagaimana pabrikan bisa hidup? Jika pabrikan mati, bagaimana rakyat bisa hidup? Itulah tantangan yang dihadapi PT Sarinah (Persero) ketika Rabu minggu lalu Menteri BUMN bersama Menteri Perdagangan menekan tombol tanda dimulainya Kebangkitan Sarinah “100 persen Cinta Produk Indonesia”.


Berlokasi di Jalan Thamrin, saat ini Sarinah merupakan department store dengan image yang unik. Didalamnya unik dengan produk-produk batik, kerajinan tangan dan berbagai produk dalam negeri lainnya. Diluarnya unik dalam hal besarnya rasio tempat parkir terhadap bangunan utama. Tentu saja karena pada saat dibangun setengah abad yang lalu, parkir di bawah tanah malah aneh, dan dikategorikan overdesign.


Dalam sambutannya, Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengenang puluhan tahun lalu ketika untuk pertama kali menginjakkan kakinya di Jakarta, bangunan menjulang tinggi yang nampak ketika kapal yang membawanya merapat di Tanjung Priok hanya 3: Tugu Monas, Hotel Indonesia dan Toserba Sarinah.


Keberadaan Sarinah sebagai tempat bermain semasa kecil juga masih dalam kenangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama sebagaimana dinyatakannya dalam wawancara dengan sebuah stasiun TV swasta.


Dengan mitra pemasok sebanyak 600 UKM yang memenuhi lantai 4, 5 dan 6 serta ada yang sudah 40an tahun menjadi loyal supplier, Menteri BUMN mengharapkan pada saat Golden Age 50 tahun di 2012 nanti keseluruhan Sarinah yang berlantai 10 sudah memasarkan produk dalam negeri. Apalagi ada 141 BUMN yang bukan tidak mungkin sebagian bisa memiliki gerai di Sarinah.


Sarinah juga sudah menapaki green economy. Batik, yang biasanya yang menggunakan zat pewarna yang mencemari lingkungan, sekarang sudah beralih menjadi eco friendly batik. Pewarnanya 100 persen dari pepohonan.


Di era perdagangan bebas, berita buruknya adalah tidak ada lagi proteksi dari pemerintah. Artinya, perjuangan untuk lebih mencintai produk dalam negeri menjadi semakin berat. Kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu meneruskan pesan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang selalu disampaikan pada berbagai kesempatan, bahwa tantangan membuat produk Indonesia dicintai bangsa sendiri adalah bagaimana menghasilkan produk dengan kualitas bermutu dan dengan harga yang kompetitif.

Berita baiknya, ada hadits yang menyatakan bahwa pahala itu sebanding dengan ‘bala-i‘ alias beratnya rintangan. Artinya, pahala untuk mencintai produk Indonesia lebih besar di era perdagangan bebas sekarang jika dibandingkan dengan di masa lalu.


Dengan dinakhodai Direktur Utama Jimmy M. Rifai Gani yang masuk rekor MURI sebagai Dirut BUMN termuda, tantangan berat harus dihadapi. Dirut Sarinah yang nyantri ini tentunya tidak hanya concern dengan P&L (profit & loss) tetapi juga P&D (pahala & dosa). Selamat! Karena sebagai konsekwensi logis dari pepatah Arab tadi, barangsiapa yang berjuang agar umat cinta produk dalam negeri, selain mendapat profit, juga akan mendapat pahala. Insya Allah.

Teddy Suratmadji

> 09.06.10: Ideologi Baru: Green Economy







Ideologi Baru: Green Economy

Jakarta Wed 09 Jun 2010


KETIKA diperintah sujud kepada Adam, Malaikat dan Iblis membangkang. Tetapi alasan pembangkangan keduanya berbeda. Iblis membangkang karena dia diciptakan dari api - kholaqtanii min naari, sedangkan Adam diciptakan dari tanah - kholaqtahuu min tiin. Malaikat membangkang karena anak turun Adam itu yufsidu fil ardli - berbuat kerusakan di muka bumi.

Alloh lalu menguji Adam dan Malaikat untuk menyebut nama-nama benda sekitar. Adam lulus, sedangkan Malaikat tidak. Tentu saja, karena Allah mengajari yang satu tetapi tidak mengajari yang lain. Akhirnya malaikat sujud kepada Adam, dan tetap di sorga. Sedangkan Iblis keukeuh tidak mau sujud kepada Adam, sehingga Iblis diusir ke dunia. Tidak berapa lama, Adam pun diusir ke dunia, karena memakan buah larangan. Itulah penggalan cerita dari Al-Quran.


Ketika Al-Quran turun dan para sohabat menghafalnya di luar kepala, mereka tidak dapat membayangkan bahwa 14 abad kemudian 6,8 milyard manusia begitu hebatnya berbuat kerusakan di muka bumi. Awalnya dengan nawaitu untuk mensejahterakan manusia, tetapi caranya tidak arif. Akibatnya, antara lain global warming.


Saat megamusibah maskapai BP menumpah-ruahkan minyak di teluk Meksiko, maka maha benar firman-Nya didalam Al-Quran bahwa kerusakan karena perbuatan manusia itu tidak hanya terjadi fil barri di darat, tetapi juga fil bahri di laut. Di dalam pesannya pada Milad ke 4 Jurnas, Kamis lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang beberapa waktu yang lalu menanda-tangani moratorium Oslo untuk menghentikan sementara penebangan hutan, menjelaskan adanya ideologi ekonomi global baru Green Economy. Apa urusannya disampaikan dalam tasyakur HUT surat kabar?


Karena, kata Presiden, perlu tiga hal untuk mewujudkan Green Economy. Pertama, kebijakan pemerintah yang benar. Kedua, penggunaan iptek yang tepat. Ketiga, merubah mindset gaya hidup ummat. Untuk yang ketiga inilah media berperan.


Cucilah mobil dengan air yang ditampung dalam ember. Mandilah dengan air shower. Matikan mesin mobil di stopan ketika lampu merah. Jangan pakai styrofoam. Jangan membunuh cacing tanah. Kurangi penggunaan pestisida. Jangan mencoret, memahat, memaku batang pohon hidup. Hemat kertas, pakai kedua sisinya, dll.


Itulah contoh ajakan perubahan mindset untuk menyelamatkan air, udara, tanah, satwa, dan pohon yang tertulis -bukan di koran- tetapi di kalender meja PT Pupuk Sriwijaya (Persero). Bayangkan dampaknya kalau kebiasaan-kebiasaan sederhana sehari-hari itu dikerjakan oleh ratusan juta rakyat Indonesia.


Di hari lingkungan hidup sedunia 5 Juni kemarin, ada berita menarik dari Cilacap tentang seorang Ibu anggota sebuah lembaga dakwah yang membuat gaun pengantin, cendera mata dan asesoris mantenan dari barang bekas dan limbah non-B3. Disponsori PT Pertamina (Persero) Unit IV Cilacap, peristiwaunik itu masuk MURI.


Nah, segeralah memulai menerapkan ideologi baru Green Economy di tingkat korporasi. Setiap perusahaan harus membuat daftar yang harus dikerjakan Do‘s dan sebaliknya Don‘ts. Menindak-lanjuti pesan Presiden, Jurnas pun perlu membuat rubrik Green Economy.


Temuan terbaru Prof. Arysio Santos bahwa Indonesia adalah “Atlantis, The Lost Continent Finally Found” gara-gara Krakatau meletus 11.600 tahun silam. Seperti kata Presiden, jika di Indonesia yang adalah paru-paru dunia business as usual, maka dampak negatipnya akan sangat besar. Jangan sampai Benua Atlantis “tenggelam” untuk kedua-kalinya, gara-gara ulah manusia. Jangan biarkan Iblis yang dulu membangkang sujud kepada manusia, bersorak-sorai.

Teddy Suratmadji

> 02.06.10: Jurnas Media Kifayah




Jurnas Media Kifayah

Jakarta Wed 02 Jun 2010


SABDA Nabi, barang siapa yang tidak mensyukuri kenikmatan yang katsir - kecil, maka sama saja dengan tidak mensyukuri kenikmatan yang kabir - besar.

Kabir adalah akumulasi dari katsir. Ibaratnya katsir adalah building block batu bata. Sedangkan kabir adalah bangunan. Mana mungkin kabir berdiri kokoh jika katsir jeblok?

Masih sabda Nabi, barang siapa yang la yasykurinnasa - tidak syukur pada manusia, sama saja dengan la yasykurillaha - tidak syukur kepada Allah.

Bukan maksud mensejajarkan manusia dengan Allah, na'uudzubillah, tetapi hadits diatas menerangkan bahwa manusia adalah perantara nikmat yang diberikan oleh Allah.

Saat ini, setiap hari Indonesia dibombardir media cetak dengan tulisan-tulisan yang jauh dari mencerminkan rasa kesyukuran terhadap begitu banyak kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada bangsa dan negara ini.

Borong semua koran, jejerkan, dan baca headline serta editorialnya. Hanya 1-2 koran saja yang netral. Selebihnya, Masya Allah, penuh tulisan negatip dan nirsantun.

Sepertinya tidak ada kemajuan pembangunan di negeri ini. Padahal Allah SWT menghargai khoiron kebaikan, walaupun sebesar dzarah. Sekecil apapun kemajuan pembangunan di negeri ini, hakikatnya adalah kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT.

Apa boleh buat, di kalangan media berlaku bad news is good news. Berita buruk dan sensasional adalah berita yang laku dijual. Jadi, suka atau tidak suka harus tetap dihormati, karena media adalah salah satu dari pilar demokrasi. Dan dilindungi Undang-undang (UU).

Setiap orang di satu kampung wajib mengerjakan sholat. Namanya wajib ‘ain. Tetapi cukup seorang saja di satu kampung yang bisa memandikan jenazah. Namanya wajib kifayah. Jadi dari sekian banyak media di satu negeri, perlu ada satu media syukron. Mengapa?

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah SWT berfirman bahwa “Barang siapa yang tidak bersyukur kepada nikmat-Ku, fakhruj! maka keluarlah dari bumi-Ku!”. Nah, mau lari kemana? Ke luar angkasa?

Baru beberapa hari lalu mahafisikawan Stephen Hawking mengingatkan NASA untuk tidak melakukan upaya kontak dengan makhluk luar angkasa. Sebab seperti punahnya suku Indian paska ditemukannya Amerika oleh Columbus, seperti itu pula nasib homo sapiens jika kelak ditemukan oleh ET. Begitu katanya. Jadi mending tetaplah tinggal di bumi, dan menjadi hamba-Nya yang syukur.

Sejauh mana media-media nirsantun seperti itu akan eksis?



Pertama, lihatlah megamedia baik domestik maupun global. Tulisannya santun. Kedua, masyarakat semakin arif. Pelatihan2 sejenis ESQ, MindChamps dll semakin berkembang. Buku jadul ‘How To Win Friends and Influence People‘ karya Dale Carnegie sampai ribuan judul buku masa kini seperti ‘The 7 Habits Of Highly Effective People‘ karya Steven Covey semakin deras dicetak. Hanya masalah waktu, media-media nirsantun akan ditinggalkan. Apalagi ‘Karakter Bangsa‘ akan dijadikan bahan pelajaran sejak dini di sekolah-sekolah.

Mereka akan menghindari tulisan-tulisan negatip, sebab mereka tahu bahwa "seperti apa seseorang 5-10 tahun kedepan, tergantung kepada apa yang dibacanya, dan siapa yang digaulinya".

Maka ada ceruk penting disini. Harus ada media yang terus mengajak segenap komponen bangsa untuk husnudzon billah bersangka baik kepada Alloh. Sebuah media syukron yang jika dimintakan fatwa kepada MUI boleh jadi hukumnya wajib kifayah.

Dalam nawaitu inilah, tanggal 1 Juni, 4 tahun yang lalu, lahir Jurnas sebagai media syukron. Semoga Jurnas terus istiqomah, konsisten dengan gaya tulisan yang positif.

Dirgahayu, Jurnas. Happy Milad ke 4. Barakallaahu.

Teddy Suratmadji

> 26.05.10: Memilih CEO Maslahat










Memilih CEO Maslahat

Jakarta Wed 26 May 2010


SABDA Nabi Muhammad SAW, barangsiapa kaum yang mengangkat pemimpin 'ala fiqhin "atas dasar kefahaman, hasilnya adalah hayatan lahu walahum" akan hidup pemimpin dan akan hidup pula kaum.

Nabi tidak melihat curriculum vitae masa lalu . Seorang jagoan suku Quraisy mantan musuh yang dengan telak mengalahkan tentara Islam di perang Uhud, kelak malah diangkat mejadi Panglima Muslimin. Namanya Khalid bin Walid.

Nabi juga tidak melihat ras. Perang Khondak yang terkenal karena sistim perlindungan parit yang mengelilingi Madinah, dan menghasilkan kemenangan Islam, panglimanya adalah orang Persia. Namanya Salman Al-Farisi.

Pemilihan pemimpin cara bottom-up seperti rakyat memilih Kepala Daerah, atau Dewan Pimpinan Daerah di Kongres memilih seorang Ketua Umum, atau pemilihan pemimpin cara top-down seperti segelintir share holder pada RUPS korporasi memilih seorang CEO (Chief Executive Officer), memiliki satu prinsip universal: pilih yang profesional.

Perbedaan komputer dengan biskuit ibarat bainas samaai wal ardli bagaikan langit dan bumi. Tetapi CEO yang terbukti menyelamatkan perusahaan raksasa IBM dari kehancuran bukanlah ahli komputer, melainkan Lou Gestetnet ex CEO Nabisco, perusahaan biskuit.

Yang fenomenal adalah eksekutif buangan yang karena berbeda prinsip dengan shareholders dicabut semua kewenangan dan fasilitasnya, dan hanya diberi sebuah meja di pojokan. Dia lalu diambil dan diangkat menjadi CEO perusahaan kompetitor. Dengan menggaji dirinya sendiri hanya $1, dia berhasil meyakinkan parlemen untuk mendapat bantuan Pemerintah Amerika. Chrysler selamat dari dipailitkan Chapter 11 oleh CEO "buangan Ford" Lee Iacocca.

Setiap hari media dipenuhi dengan berita pengangkatan CEO. Yang bottom-up adalah pilkada dan pilketum partai, termasuk ormas. Yang top-down adalah pengangkatan CEO korporasi, termasuk pengangkatan menteri kabinet.

Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum layak dicatat secara khusus didalam sejarah Indonesia. Pertama, sebagai CEO partai besar termuda. Umurnya baru berkepala empat, sementara CEO partai lainnya sudah melewati umur psikologis setengah abad, bahkan berkepala enam.

Kedua, dari dari sebuah ruling party termuda. Kongres-nya saja baru dua kali. Bandingkan dengan partai-partai lain yang sudah kongres, atau munas, atau mubes, atau muktamar berlipat kali. Ketiga, dihasilkan dari sebuah proses pemilihan yang sportif siap-menang-siap-kalah.

Bayangkan, di akhir pemilihan, tripple A ‘Anas-Alie-Andi‘ bergandengan tangan. Sementara di partai lain, pasca pemilihan bisa berakhir ke kalam akhir gugat cerai talak tiga dari pihak yang kalah. Murtad dari partai.

Mengapa Anas menang? Jawaban pastinya ada di 236 orang yang memilihnya di putaran pertama, dan 280 orang yang memilihnya di putaran kedua. Tetapi sepertinya, sih, Anas dipilih bukan karena faktor-faktor lain melainkan ‘ala fiqhin yang bukan saja diartikan sebagai 'profesional', tetapi memang diartikan faqih beneran. Anas adalah mantan Ketua Umum Penggurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) 1997-1999.

Jika itu benar, dan semoga saja benar, maka ganjarannya adalah hayatan lahu wa lahum Ketua Umumnya 'hidup', konstituen partainya juga 'hidup'. Nah, karena Partai Demokrat adalah partai besar, dengan jumlah kursi di parlemen terbanyak, maka rakyat Indonesia tentunya juga kecipratan 'hidup'.

Satu hal lagi, first impression alias kesan pertama dari siapapun yang melihat penampilan Anas berbicara, adalah memiliki bakat alamiah kesantunan ala Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono. Jadi, semoga saja selain 'hidup', Anas juga mampu menularkan sifat santun. Selamat bekerja, Akhi Anas.

Teddy Suratmadji

> 19.05.10: Ziarah Lapas Tipikor










"Ziarah" Lapas Tipikor

Jakarta Wed 19 May 2010


"Demi stabilitas nasional, seorang pemuda dimasukkan kedalam penjara" demikian kurang lebih headline berita dari mulut ke mulut ribuan tahun yang lalu.

Dosa pemuda tadi bukanlah perkara perdata atau pidana. Dosanya adalah kegantengannya yang luar biasa yang membuat wanita yang melihatnya langsung collaps hilang ingatan, bahkan banyak yang sampai almarhumah.

Maka untuk melindungi harga diri laki-laki sebangsa dan setanah air, sekaligus untuk mencegah semakin bertambahnya duda-duda baru, dibuatlah fatwa politik oleh penguasa bahwa sang pemuda, yang bernama Yusuf, dimasukkan ke dalam penjara. Lamanya: 14 tahun. Itulah penggalan cerita didalam Al Quran tentang penjara.

Di masa Orde Baru, istilah penjara diperhalus menjadi Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas. Ada Lapas Anak, Lapas Narkotika, dll. Dan beberapa saat yang lalu disediakan khususon untuk para koruptor: Lapas Tipikor.

Asbabul wurud atau asal muasal dibangunnya Lapas Tipikor adalah karena adanya positive growth dari jumlah napi koruptor, padahal mereka memiliki karakteristik berbeda dengan napi perampok, pembunuh, dll.

Pertama, napi Tipikor umumnya dari strata menengah-atas. Kedua, mapan dalam kehidupan sosek. Ketiga, mampu menyulap kamar lapas menjadi kamar apartemen. Keempat, banyak jasanya kepada bangsa dan negara. Kelima, banyak yang karena "kesalahan kebijakan" merugikan negara, bukan memperkaya diri. Keenam, banyak yang sudah berusia senja. Ketujuh, selama ini napi Tipikor tersebar di berbagai Lapas sehingga sulit dikontrol. Maka dibangunlah sebuah brand new Lapas Tipikor yang diatapnya dipasang CCTV (Closed Circuit TV) yang dimonitor langsung oleh Ditjen Lapas.

Pemasangan CCTV tentunya bukan semata-mata untuk mencegah kabur. Mereka bukan potongan Client Eastwoood dalam film Escape from Alcatraz di Amerika, atau Dustin Hoffman dalam film Papillon di penjara pulau terpencil koloni Prancis. Dengan CCTV setiap pergerakan sekecil apa pun, akan terpantau. Masya Allah betapa terkekangnya hidup.

Betapa hancur-leburnya suasana batin napi Tipikor sampai-sampai, konon, ada seorang guru besar yang awalnya hidupnya begitu mulia, setelah menjadi napi Tipikor doanya cuma satu: memohon dipercepat dijemput Malaikat Ijroil.

Persis seperti suasana batin ketika Maryam hamil padahal tidak punya suami, doanya sebagaimana tertulis di dalam Al Quran adalah: mittu qobla haadza, mengapa tidak mati saja sebelum ini menimpa? Maka waspadalah karena Tipikor yang di era pemerintahan ini dihukum tanpa pandang bulu. Bahkan kepada seorang kakek dari cucu laki-laki pertama Presiden RI.

Untuk menghindar sejauh-jauhnya dari perbuatan Tipikor boleh jadi tidak cukup hanya dengan menerapkan prinsip-prinsip GCG. Mungkin perlu tambahan proses visualisasi. Sebagaimana sabda Nabi bahwa "ziarah kuburan adalah tudzakkirul maut mengingatkan mati". Akibat positif dari ziarah kuburan yang adalah merupakan suatu proses visualisasi untuk mengingatkan mati, adalah kesungguhan untuk mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Dengan nawaitu yang sama, untuk mengingatkan akibat korupsi, lewatilah Lapas Tipikor. Untuk mencari lokasinya, bagi yang punya BlackBerry dengan fasilitas GPS, pilih Maps lalu Find: "Jalan Lembaga Pemasyarakatan Cipinang".

Sesekali lewatilah, supaya bisa visualisasi betapa nestapa kehormatan diri dan keluarga tujuh turunan dari penghuni di dalamnya. Lalu berdoa dan berusaha untuk amit-amit jangan sampai termasuk golongan orang-orang yang memasukinya. Na‘uudzu billaahi min dzaalika. Amin.

Teddy Suratmadji

> 12.05.10: Istikharah Presiden dan Menkeu









Istikhoroh Presiden & Menkeu

Jakarta Wed 12 May 2010


“Ya Alloh, seandainya Engkau tahu bahwa sesungguhnya perkara ini baik bagi kami dan bangsa kami, maka qodarkanlah dan berkatilah. Tetapi sebaliknya, seandainya Engkau tahu bahwa sesungguhnya perkara ini buruk bagi kami dan bagi bangsa kami, maka jauhkanlah”

Seperti itulah, kurang-lebih, do‘a istikhoroh atau meminta petunjuk kepada Allah SWT atas pilihan yang sangat sulit, yang dilakukan Menkeu sebelum memutuskan menerima tawaran untuk menjadi salah satu Direktur Bank Dunia, serta Presiden sebelum memutuskan untuk mengizinkannya.

Menurut teori kemungkinan, ini adalah sebuah penawaran dengan probabilitas yang luar biasa kecilnya, bahkan mendekati nilai nol, alias dapat dipastikan tidak akan ada lagi sampai kiamat. Apalagi bagi yang percaya hari pembalasan itu datangnya di tahun 2012.

Ini adalah tawaran take it or leave it. Artinya, jika saja tawaran menjadi Direktur Bank Dunia itu dijawab ‘tidak‘, atau ‘pikir-pikir dulu‘, atau ‘mohon waktu menyelesaikan urusan dulu‘ maka posisi itu akan diberikan kepada orang lain, dan kesempatan berikutnya tidak akan pernah ada lagi.

Maka itu, amatlah na‘if akbar ketika kejadian ini dianalogikan sebagaimana perampokan tenaga profesional yang membuat bangsa ini harus marah kepada pihak perompak. Atau seperti seorang manajer yang wassalaam dari sebuah perusahaan dengan ujug-ujug tanpa membuat notice minimal 1 bulan sebelum hijrah.

Tahun 1985 seorang anak bangsa dipersiapkan untuk menjadi tokoh dunia sebagai wanita luar angkasa untuk misi Space Shuttle NASA. Sayang sekali, pesawat ulang alik Challenger di misi sebelumnya meledak 73 detik setelah diluncurkan. Misi batal. Dan sejak itu tidak pernah ada lagi kesempatan bagi Doktor Pratiwi Pujilestari Sudarmono untuk menjadi astronot.

Tepat seperempat abad kemudian, kesempatan untuk menjadi wanita tokoh dunia diberikan oleh Allah SWT kepada Doktor Sri Mulyani, menteri yang saat dengar pendapat dengan DPR tertangkap kamera TV membawa tasbih, menjawab pertanyaan sambil berdzikir.

Jika mengikuti hawa nafsu model pemimpin yang tidak suka orang lain maju, seperti di masa Orde Baru yang tidak suka ketika ada anak bangsa yang ditawari menjadi petinggi PBB, harusnya lolos butuh itu tidak diberikan. Bayangkan, didalam port folio Managing Director World Bank, Presiden RI ‘hanya‘ 1 dari puluhan kepala negara dan atau kepala pemerintahan di Amerika Latin, Asia Pasifik, Timur Tengah dan Maghribi.

Syukurlah, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberinya izin. Inilah salah satu sifat kepemimpinan yang sidik-amanah-tabligh-fatanah yang disampaikannya di pembukaan Kongres Umat Islam Indonesia ke V, Asrama Haji, Pondok Gede, 7 Mei lalu.

Bagaimana dengan kasus bailout Bank Century? Ah, memangnya Washington DC itu tempat persembunyian yang disebut di Al-Quran sebagai burujin musyayyadah ‘“ bintang-gemintang berlapis baja yang tidak bisa ditembus? Jika memang bersalah, buktikan saja bersalah. Ibarat lagu tahun 2001 Muhammad Ali The Black Superman: ‘catch me if you can‘.

Jika saat ini hanya mengurusi bangsa sendiri, per 1 Juni nanti Sri Mulyani akan mengurusi 74 bangsa. Tentunya dari helicopter point-of-view. Oleh karenanya dapat dibayangkan dampak dari sebuah keputusan yang dibuatnya terhadap perekonomian bangsa-bangsa, bil khusus bangsa Indonesia nanti. Insya Allah. Selamat bertugas. Barokalloohulak. GBU. Semoga Alloh memberkati. Amin.

Teddy Suratmadji

> 05.05.10: Spiritual Bipartit






Spiritual Bipartit

Jakarta Wed 05 May 2010

"Ya Allah, hamba punya seorang pegawai yang pergi sebelum hamba sempat membayar upahnya" kata seorang pengusaha yang kehujanan di tengah hutan, berteduh didalam gua, dan sebuah batu besar menutup rapat di mulut gua.

Beberapa tahun kemudian, pegawai tadi datang kepada hamba meminta upahnya. Kemudian hamba mengatakan kepadanya untuk mengambil sapi-sapi miliknya di kandang.

Pegawai tadi marah kepada hamba sambil mengingatkan hamba supaya takut kepada Allah, karena dia menyangka hamba mempermainkannya.

Kemudian hamba berkata kepadanya bahwa hamba tidak mempermainkannya. Pada saat pegawai itu pergi, upahnya hamba belikan sapi, dan sekarang sapi itu beranak-pinak.”

Kemudian pengusaha tadi berdo‘a: "Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa hamba berbuat demikian kepada pegawai hamba itu karena ibtighooa wajhika semata-mata untuk mencari wajah-Mu, maka singkirkanlah batu yang menutup gua ini".

Do'a makbul. Batu berton-ton beratnya itu bergeser. Begitulah salah satu hadits dari Nabi Muhammad SAW, tentang betapa hebat dan makbul do‘a seorang majikan yang jujur.

Maka itu tepat ucapan Presiden SBY menyambut peringatan May Day Hari Buruh Internasional 1 Mei yang di Indonesia baru dirayakan sejak reformasi tahun 2006: "Kepada manajemen, jika perusahaan mendapatkan keuntungan, jangan lupa membaginya dengan pekerja."

Sebuah ajakan kepada pihak yadul ‘ulya (tangan yang diatas) untuk membagi dan memberikan hak-haknya dengan ikhlas kepada pihak yadus sufla (tangan yang dibawah). Jadi bukan ajakan yadus sufla berdemo menuntut kepada yadul ‘ulya.

Sebenarnya kesejahteraan pegawai ada ukurannya. Rasio IHK (Indeks Harga Konsumen) terhadap IUR (Indeks Upah Riil) untuk mengukur apakah kenaikan gaji bisa menutup kenaikan harga barang dan jasa. Apakah upah total (upah pokok, tunjangan tetap, tunjangan tidak tetap, lembur) bisa menutup kebutuhan riil pegawai. Ada Purchasing Power Parity (PPP) atau kemampuan daya beli. Ada Gini Rasio (GR) untuk mengukur pemerataan pendapatan.

Dengan melihat berbagai indikator, IHK/IUR Indonesia masih jauh dari angka 100% sehingga boro-boro para pegawai bisa menabung. PPP Indonesia kurang dari 50% PPP Thailand. Sementara GR Indonesia tertinggi, artinya rezeki Alloh SWT belum terbagikan secara merata.

Ada korelasi linier antara motivasi pekerja dengan kinerja perusahaan. Apalagi ini zaman HAM, bukan zaman kolonial. Untuk meningkatkan kinerja, yang diperlukan adalah tipe kepemimpinan motivator, bukan repressor-demotivator. Dan peningkatan upah adalah salah satu motivator. Tinggal memutuskan mana telur mana ayam: upah meningkat kinerja meningkat, atau kinerja meningkat upah meningkat.

Di sebuah hadits Nabi mengatakan bahwa setiap majikan sebagai penggembala akan ditanya tentang seluk-beluk pegawainya sebagai gembalaannya. Di hadits lain Nabi memerintahkan supaya majikan membayar upah sebelum keringat pegawai kering.

Kembali ke cerita Nabi tentang pengusaha yang terjebak di gua. Jadi, jika pihak pimpinan perusahaan sebagai pihak yadul ‘ulya sudah habis-habisan berusaha dan berdo‘a untuk memperbaiki profil profit & loss tetapi belum juga do‘anya makbul, boleh jadi penyebabnya adalah karena hak-hak pekerja, sebagai yadus sufla, belum sepenuhnya dipenuhi.

Teddy Suratmadji

> 28.04.10: HRD Ekspatriat








HRD Ekspatriate

Jakarta Wed 28 Apr 2010


SYAHDAN Musa memergoki dua pemuda sedang berkelahi. Satu dari bangsa inferior Yahudi dan satu lagi dari bangsa superior penjajah Kibti. Tanpa ba-bi-bu Musa menempeleng salah-satunya. Begitu powerful Musa faqotalahu sehingga pemuda Kibti almarhum seketika.

Dengan cepat berita sampai ke istana. Bahwa Musa, sang orok yang dulu hanyut di sungai dan dipungut oleh pramesywari Asyiah dan dibesarkan sampai menjadi seorang pangeran, membunuh pemuda bangsa Kibti.

Yang kemudian menjadi isu bukan siapa salah siapa benar, melainkan isu SARA karena Musa adalah bangsa Yahudi, sedangkan Firaun adalah bangsa Kibti.

Itulah salah satu trigger genderang perang Musa vs. Firaun yang mengakibatkan bangsa Yahudi mengembara selama 40 tahun mencari Baitul Maqdis. Semasa exodus ke Yerusalem itulah dalam versi agama samawi Kristiani keluar "The Ten Commandment" yang pada tahun 1956 oleh Cecil B. DeMille dibuat menjadi film.

Walau isu lokal-ekspat sudah ada sejak ribuan tahun lalu, kerusuhan di sebuah korporasi galangan kapal di Batam yang konon dipicu ucapan ekspat yang bernada menghina kepada bangsa local, tetap saja mengejutkan.

Berbagai hujjah alias alasan kemudian dimunculkan: ketidak-adilan akibat kesenjangan gaji ekspat-lokal, perlakuan ekspat kepada lokal, dsb.

Apapun alasannya, semua adalah pekerjaan-rumah Direktorat atau Departemen HRD (Human Resource Departemen). Hanya saja ada faktor yang controllable alias bisa dikontrol dan uncontrollable alias tidak bisa dikontrol.

Gaji jomplang bukanlah karena korporasi memarjinalkan gaji bangsa dewek. Dinaikkan seberapa besarpun, gaji lokal akan tetap terpaut jauh. Mengapa? Karena standard gaji di Indonesia memang rendah.

Sebagai pembuktian terbalik, nyatanya tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri baik pekerjaan blue collar maupun white collar, gajinya besar-besar. Puluhan kali lipat. Walhasil, gaji bukanlah faktor yang controllable.

Perbedaan kultur ekspat-lokal juga bukan faktor yang bisa dikendalikan HRD. Hil yang mustahal jika harus merubah kultur.

Tetapi ekspat mempelajari dan memahami kultur lokal, jelas faktor yang controllable.

HRD perlu membuat daftar Do's ~ apa yang wajib dikerjakan dan Dont‘s ~ apa yang haram dikerjakan oleh para ekspat yang bekerja di Indonesia.

Para ekspat wajib tahu bahwa di zona industri Lhokseumawe, misalnya, minum bir di tempat terbuka boleh jadi dianggap perbuatan ofensif. Sedangkan di zona industri Pulogadung, minum bir masih ok, tapi jangan coba-coba di tempat terbuka membakar babi guling.

Para ekspat wajib tahu bahwa beberapa suku di Indonesia dikenal lembut, tetapi beberapa dikenal keras dan agresif. Pekerjaan boleh kasar, tetapi pride tetap terjunjung tinggi.

Punishment sebagai perimbangan atas reward silahkan lanjutkan. Tetapi jangan sambil mengucapkan kata kasar dan menghina, misalnya mengatakan “bodoh”. Itulah yang terjadi di Batam. Kerugian? Yang tangible puluhan juta US dollar. Yang intangible terganggunya nama baik Batam. Plus exodus para ekspat ke Singapura.

Daerah otonomi yang selama ini dikenal sebagai uswatun hasanah ~ contoh baik, dalam sekejap berubah menjadi uswatun sayyiah ~ contoh buruk. Peristiwa Batam 22/4 lalu wajib dijadikan referensi oleh HRD di BUMN, BUMD dan Korporasi yang mempekerjakan ekspatriate.

Teddy Suratmadji

> 21.04.10: Kemitraan Mbah Priuk










Kemitraan Mbah Priok

Jakarta Wed 21 Apr 2010


SEANDAINYA ribuan tahun lalu Musa lulus berguru kepada Khidir, maka ilmu mengetahui kejadian di masa depan dapat diwariskan kepada ummat manusia.

Ilmu yang sangat hebat bisa meramal orang puluhan tahun kemudian akan menjadi manusia durhaka dan membunuh kedua orang-tuanya. Maka mumpung masih bayi, Khidir membunuhnya.

Sayang, Musa gagal. Maka ilmu Khidir tidak bisa dimanfaatkan oleh mereka yang merancang pengambil-alihan paksa maqom Mbah Priok. Akibatnya dari pihak polisi pamong praja tiga gugur, ratusan luka-luka, puluhan kendaraan dibakar. Belum terhitung korban dan kerugian dari masyarakat.

Ekspose pemerintah bahwa belasan tahun yang lalu kuburan sudah dipindah ke tempat lain, mubadzir. Kuburan berbeda dengan maqom. Sebagai analogi, didepan Hajar Aswad di Kabah ada yang disebut maqom Ibrohim tempat jutaan peziarah sholat setelah melaksanakan thowaf. Tidak ada kuburan disana.

Paska Rabu berdarah, maqom Mbah Priok malah semakin terkenal. Maqom yang selama ini setiap minggunya diziarahi ribuan orang, kecenderungan peziarah justru menjadi semakin meningkat.

Sebuah korporasi tidak akan lestari jika tidak feasible dari sisi bisnis, jika menabrak tatanan hukum dan jika melabrak tatanan sosial.

Saat pembentukan, korporasi memerlukan Feasibility Study (FS) untuk menjamin profitability. Saat sudah berjalan, korporasi memerlukan Corporate Social Responsibility (CSR) atau kemitraan untuk menjamin sustainability.

Dari sisi kemitraan, peristiwa Rabu anarkis saat aparat pamong praja akan melakukan eksekusi hak sebuah BUMN pelabuhan, menimbulkan tanda-tanya tentang komitmennya terhadap CSR.

Priok Rabu kelabu boleh jadi akan menjadi model sejarah hitam CSR di negeri ini.

Ironisnya, saat ini aparat lapangan yang justru disorot. Padahal mereka adalah polisi pamong praja dengan kompetensi yang jauh dibawah polisi beneran, tetapi mendapat perintah, dan konon didanai bermilyar-milyar rupiah, untuk melaksanakan tugas yang bukan kompetensinya.

Jadi perlu dipelajari betul-betul asbabul wurud atau asal-muasalnya. Dalam strata kepegawaian, polisi pamong praja adalah blue-collar yang bergerak atas perintah. Para white collar pembuat kebijakanlah yang seharusnya bertanggung-jawab. Perintah Alloh, “Wahai orang-orang yang beriman, i‘diluu ~ berbuat adillah”. Sudah ada martir, komandannya dilengserkan, timbul wacana institusinya mau dibubarkan pula. Sungguh musibah ditimpa musibah.

Selain kekeliruan langkah CSR, ada dimensi super-sakral didalam peristiwa Rabu berdarah maqom Mbah Priok. Didalam telaah CSR, penggusuran makam Habib seharusnya dihindari, atau setidaknya dengan langkah-langkah CSR yang lebih mutawari alias super hati-hati. Mengapa?

Bagi kalangan Muslimin, Habib adalah keturunan langsung Nabi. Maka diyakini didalam darah Mbah Priok Habib Hasan bin Muhammad al Haddad mengalir darah Rasulullah SAW yang kepadanya dibacakan sholawat “Alloohumma sholli ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aalii Muhammad” ~ Ya Allah berikan keselamatan kepada Muhammad dan kepada keluarganya Muhammad. Alih-alih disholawati, malah mau digusur. Alloohu a‘lam.

Teddy Suratmadji

> 14.04.10: Manusia Mulia dan Hina





Manusia Mulia, Manusia Hina

Jakarta Wed 14 Apr 2010

SEJAK zaman dahulu, sebagaimana diceritakan di dalam surat An-Naml , seorang raja yang mulia “a‘™izzatan” seketika bisa menjadi manusia hina “adlillatan”. Sang raja dibuat invalid atau dipancung. Keraton, istana, seluruh hartanya dirampas. Permaisuri, anak-cucunya dijadikan budak belian. Benar-benar dihinakan.

Hanya dalam sekejap mata, dinasti yang dibangun puluhan, bahkan ratusan tahun lenyap. Siapapun raja yang dikalahkan, ia akan dihinakan oleh raja yang mengalahkannya, kecuali oleh Raja Sulaiman. Maka itulah Ratu Bilqis bersedia takluk hanya dengan sepucuk surat dari Sulaiman yang bertuliskan Bismillaahirrohmanirrohiim yang dikirim burung Hud-Hud, karena dia tahu, Raja yang tentaranya jin dan manusia itu tidak akan menghinakannya.

Di abad sekarang tidak ada bedanya. Saddam Hussein tertangkap didalam gua di dalam tanah, diadili, kemudian digantung. Nicolae CeauÅŸescu di hadapkan dengan pengadilan tentara di gua persembunyiannya, lalu di dor. Sedangkan Najibullah benar-benar tanpa pengadilan, diarak, lalu oleh rakyatnya rame-rame digantung.

Saat ini bangsa Indonesia sedang disuguhi dramatisnya perubahan kemuliaan menjadi kehinaan. Orang yang kemarin hidupnya begitu terhormat, berlimpah harta, tiba-tiba saja jatuh. Kemarin menginap di hotel-hotel mewah dilayani roomboy, tiba-tiba harus tinggal di hotel prodeo dijaga sipir penjara.

Mengapa manusia dihormati dan dimuliakan? “Karena aib dan kesalahannya ditutup oleh Alloh” kata Aa Gymnastiar.

Aa Gym benar. Implikasi dari kalimat itu adalah ketika aib dan kesalahan tidak lagi ditutup oleh Alloh, maka orang itu tidak lagi akan dihormati dan dimuliakan. Itulah drama kehidupan sejak era reformasi, dengan puncaknya adalah di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sekarang.

Padahal yang menjebloskannnya kedalam kehinaan bukan setumpuk aib dan kesalahan. Para wakil rakyat anggota DPR, para eksekutif pemerintahan, para aparat penegak hukum, semua terjerembab hanya karena satu-dua aib dan kesalahan saja. Padahal di luar itu, Alloohu a‘™lam, entah berapa banyak yang pernah dilakukannya.

Telah beberapa minggu rakyat Indonesia menyaksikan bagaimana seorang PNS belia membuka aib dan kesalahan begitu banyak orang, tujuh orang di Polri dari mulai pangkat AKP sampai Jenderal; delapan orang di Kejaksaan dari mulai Kasi sampai Direktur; dan 10 orang di Ditjen Pajak tempatnya bekerja.

Sabtu kemarin, kembali rakyat Indonesia menyaksikan seorang PNS eselon II pemilik uang puluhan miliar rupiah, dititipkan di rekening anak-isterinya pula. Fotonya ketika digelandang polisi, dijadikan headline koran-koran nasional.

Betapa terhormat dan mulianya seseorang. Namun ketika Alloh membuka aib dan kesalahannya, Masya Allah.

Siapakah yang terbebas dari aib dan kesalahan? Tidak ada. Karena setiap anak Adam khottoo-un berbuat dosa, demikian sabda Nabi. Hanya tingkatnya saja berbeda.

Masalahnya adalah, apakah aib dan kesalahan ini akan terbuka di dunia? Atau di pending sampai di akhirat? Seperti seorang jenderal mantan boss BUMN perminyakan yang korupsinya baru terbuka dan disidangkan di pengadilan Singapura karena puluhan juta dollar uang komisinya disimpan di sana, setelah jasadnya bertahun-tahun disemayamkan di Taman Makam Pahlawan?

Alloohumma a‘™izzal Islaama wal muslimiin ~ Ya Allah muliakanlah Islam dan muliakanlah kaum Muslimin. Tentunya bukan dengan membiarkan mereka berbuat aib dan kesalahan lalu menutupinya. Melainkan jagalah mereka untuk tidak berbuat aib dan kesalahan.

Teddy Suratmadji



> 07.04.10: Padu Padan Spiritual dan Material









Padu Padan Spiritual dan Material

Jakarta Wed 07 Apr 2010

Seperti di ribuan perusahaan di negeri ini, ratusan karyawan sebuah industri hotel harus mempunyai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Lalu di sela-sela melayani tamu hotel, harus bergantian ikut pelatihan SPT. Lalu harus antri di KPP. Jadi ketika meledak kasus dimana uang yang dibayarkan rakyat kecil di KPP ternyata sebagian masuk ke rekening pribadi-pribadi, wajarlah jika bangsa ini jadi geram.

Mengapa ada departemen yang rawan godaan fulus menaikkan gaji pegawainya berlipat-ganda? Harapannya tentu, terbentuknya komunitas PNS Saleh Nasional yang sejahtera, tidak korup, dan hidup berdedikasi membangun negara yang thoyyibah wa robbun ghofuur (baik dan dimaafkan Tuhan) dan membangun keluarga sakinah yang mawaddah dan rahmah.

Sayang sekali, serakah sudah terlanjur menjadi sifat manusia. “Seandainya anak Adam memiliki satu jurang dari emas, maka ia akan mencari jurang emas yang ke dua,” ungkap Rasulullah Muhammad SAW. Berdasarkan dalil ini, sangat jarang tokoh sederhana dan jauh dari keserakahan. Meskipun begitu, Tuhan mengaruniakan sejumlah figur yang sederhana, seperti : Allahyarham Bung Tomo, Allahyarham Sarwo Edie Wibowo, Allahyarham Hoegeng Imam Santoso, dan Allahyarham Baharuddin Lopa.

Tidak mudah menjadi manusia sederhana dan tidak serakah. Maka Rasulullah Muhammad SAW pun berdo‘a kepada Allah, agar terbebas dari 4 perkara: min ‘ilmin laa yanfa‘ ~ dari ilmu yang tidak manfaat; min du‘aain laa tusma‘ ~ dari do‘a yang tidak didengar; min qolbin laa yakhsya‘ ~ dari hati yang tidak khusyuk; dan min nafsin laa tusba‘ ~ dari diri yang tidak pernah puas.

Boikot pajak nasional? Jelas tidak. Tindakan begitu, jelas pelanggaran hukum. Darimana biaya menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan pemberdayaan rakyat bila pajak diboikot? Dari mana pula biaya untuk TNI mempertahankan tanah tumpah-darah Indonesia ? Ironisnya, ketika pekan lalu para pegawai pajak dikumpulkan, ada testimoni : Setelah bekerja sekian lama, baru pertama kali itulah dia menerima wejangan spiritual tentang code of conduct.

Jika pelipat-gandaan remunerasi adalah pembekalan material untuk membentengi godaan dari luar, maka wejangan adalah pembekalan spiritual untuk membentengi diri dari dalam. Jika pembekalan material diberikan tiap bulan, bahkan tidak boleh telat seharipun, pembekalan spiritual justru jarang diberikan. Padahal pembekalan spiritual harus diberikan secara konsisten dan berkala, sampai akhir hayat dikandung badan.

Berikanlah pembekalan spiritual dan materi yang memadai bagi para pegawai. Bisa tahunan, semesteran, bulanan, atau bahkan mingguan jika dipandang perlu. Tentu saja rasio ini berlaku umum, termasuk untuk pegawai BUMN, BUMD dan Korporasi.

Untuk memperoleh rasio spiritual berbanding materi berkecukupan, tentu bukan dengan cara mengumpulkan belasan ribu pegawai di Masjid Istiqlal. Ini zamannya IT. Pembekalan spiritual bisa lewat TV-internet, sehingga bisa diabsen siapa yang logon dan siapa yang tidak. Atau bisa via komunikasi komunitas CDMA agar broadcasted voice lebih sulit disadap daripada GSM. Bisa juga lewat teledakwah dengan ribuan orang pegawai di pelosok sekaligus. Tentang content, tinggal pilih ustadz dan ustadzah atau motivator yang paling cocok. Itu masukan solusi wajib. Insya Allah.

Adapun masukan solusi sunnah khusus untuk Ditjen Pajak, adalah perlunya meninjau ulang penggunaan slogan “Apa kata dunia?” dalam campaign iklan pajak. Bukankah itu ucapan Jenderal Nagabonar mantan pencopet? Allahu a‘lam. (Perlu do‘a untuk melindungi diri dari empat perkara itu? Kirim saja email ke tsuratmadji@gmail.com).

Teddy Suratmadji

> 31.03.10: Procrastination Menggerus Iman










Procrastination Menggerus Iman

Jakarta Wed 31 Mar 2010


Di tengah-tengah business luncheon di coffee shop hotel, seorang eksekutif setengah baya nampak gelisah. Selama makan sesekali ia melihat jam. “Mas, musholla dimana?” katanya kepada waitress setengah berbisik. “Wisky Cola, Pak? Segera saya pesan pada bar tender,” cetus waitress.

Eksekutif itu segera menarik lengan, lalu mendekatkan mulutnya ke telinga sang waitress, “Musholla.. bukan wishky cola. Tempat shalat. Paham?”. Waitress itu tersipu malu, dia salah mendengar. Lantas menunjukkan musholla di hotel itu.

O, rupanya ia mau shalat dzuhur. Pantaslah gelisah, karena jam sudah menunjukkan jelang ashar. Ia segera bergegas menuju ke lift untuk shalat di lantai atas.

Hmm.. kegelisahan itu terjadi, karena biasa menunda-nunda waktu. Dalam terminologi Time Management, hal itu disebut procrastination. Sederhana memang, tapi beresiko. Di dalam Al Quran (Q.S At-Taubah), Allah SWT berfirman, sesungguhnya ‘annasii-u‘ alias menunda-nunda (kebaikan dan kebajikan) itu menambah kekufuran. Tentu ayat ini tidak an sich untuk perkara ibadah, tapi untuk segala urusan.

Lain lagi dengan seorang CEO sebuah BUMN, setiap lunch appointment selalu dibuatnya jam 12:30. Usut punya usut, ternyata eksekutif yang satu ini shalat dulu, baru makan. Pantas, di wajahnya terpancar kedamaian. Shalat bisa khusyuk, kelezatan rezeki bisa dinikmati dengan tenang.

Time Management mengenal dua sumbu. Sumbu pertama garis horizontal menunjukkan waktu, yang bergerak dari kiri Not Urgent “NU”, menuju kanan menjadi Urgent “U”. Jadi “U” adalah fungsi waktu. Semakin mepet, semakin dengan “U”. Sumbu kedua garis vertikal menunjukkan signifikansi, bergerak dari bawah Not Important “NI” ke atas menuju Important “I”. Jadi semakin penting, semakin “I”. Shalat sangat penting karena merupakan pilar agama.

Shalat sebagai rukun Islam yang wajib ada di posisi “I”. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Janji antaraku dengan ummatku adalah shalat”. Barangsiapa yang meninggalkan shalat, tidak terikat janji apapun dengan Rasulullah SAW. Jadi bagi yang tidak shalat, jangan menagih janji mengharap syafa‘at, atau janji-janji Nabi lainnya. Apa beda antara host setengah baya dengan CEO BUMN tadi? Keduanya ada di posisi “I” tetapi beda kuadran. Yang satu di kuadran “IU”, yang satu lagi di kuadran “INU”.

Hari ini (Rabu, 31 Maret) adalah batas akhir penyerahan SPT. Membayar pajak adalah “I” karena diancam pidana. Mereka yang menyerahkan SPT bulan lalu dengan yang menyerahkan kemarin, apalagi yang baru hari ini, berada di kuadran yang berbeda “INU” versus “IU”.

Contoh lain: Gayus Halomoan Partahanan Tambunan -- PNS Ditjend Pajak --, milyarder muda yang saat ini raib entah ke mana. bulan lalu bukanlah siapa-siapa, sehingga berada di kuadran “NINU”. Karena Komjenpol Susno Duaji sebagai whistleblower, kini Gayus berada di posisi “IU” bagi bangsa ini, supaya segera diringkus.

Procrastination, selaras ayat di surat at Taubah di atas, bisa menambah kekufuran. Maka skill untuk menentukan mana “IU”, “INU”, “NIU” dan “NINU” menjadi sangat penting. Hidup di kuadran ektrim atas “IU” membuat stress dan menggerus keimanan. Hidup di kuadran ekstrim bawah “NINU” adalah kehidupan yang mubadzir, dan berteman setan: (kaana mubadikhwaanasy syayaathin). Jadi, marilah hidup di kuadran “INU”, seperti shalat di awal waktu.

Kerjakan semua yang penting seawal mungkin, berdzikir dan berdo‘a kala senggang, kapan saja. Agar ketika terjadi emergency, do‘anya makbul. Supaya menjadi manusia ‘tahu diri‘, janganlah ber-dzikir dan berdo‘a hanya ketika sedang susah. Tabik.

Teddy Suratmadji

> 24.03.10: Dosa Melibas Pahala










Pahala vs Dosa

Jakarta Wed 24 Mar 2010


SEORANG profesional menghabiskan malam di lobby hotel. Pikirannya menerawang jauh. Sekelebat, ia teringat sabda Nabi Muhammad SAW, keimanan itu up and down: yazdaadu wa yankutsu. Ketika sedang up, maka panca indera akan tergerak produktif berbuat pahala. Sebaliknya, ketika lagi down panca indra bergerak serempak untuk berbuat maksiat.

Jika diplot, grafik pahala-dosa manusia itu sinusoidal alias turun naik. Yang membedakan grafik orang faqih dengan orang jahil adalah frekuensinya: seberapa cepat saat berbuat dosa mampu istigfar kembali ke jalan yang lurus, dan seberapa cepat saat iman kejeblos berbuat maksiat.

Syukurlah, Allah Dzat Maha Pemurah. Pahala selalu dilipat-gandakan, sedangkan dosa tidak. Yang digandakan tujuh ratus kali lipat adalah pahala infaq-sedekah. Yang digandakan seratus-ribu kali lipat adalah shalat di Makkah. Yang digandakan pahala ibadah seribu bulan adalah ibadah saat turun Lailatul Qodar.

Ada satu hal yang harus diwaspadai para pemimpin: jangan mengajak ummat berbuat dosa. Pasalnya, sabda Nabi, barangsiapa yang mengajak orang untuk berbuat dosa, maka orang yang mengajak akan mendapatkan bagian dosa dari orang yang diajak, laa yankutsuu dzaalika min aatsaamihim syaian tanpa mengurangi dosanya orang yang diajak.

Jadi, terhadap kriteria pemimpin yang diuraikan di banyak buku tentang leadership, misalnya karya John Maxwell, Steven Covey, Zig Ziglar, dll, perlu disisipkan satu tambahanb: bahwa pemimpin yang baik itu tidak memberi contoh, mempengaruhi apalagi menyuruh anak-buahnya untuk berbuat dosa.

Sebaliknya, jika seorang pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk mengajak ummat berbuat pahala, maka dia akan mendapat share pahala dari orang yang mengikutinya, laa yankutsu dzaalika min uujuurihim syaian tanpa mengurangi pahala orang yang diajaknya.

Sesungguhnya kebaikan (pahala) menghapus kejelekan (dosa), demikian firman Allah didalam Al-Quran. Tentu saja ayat itu berlaku jika dan hanya jika pahala lebih banyak dari dosa. Bagaimana kalau sebaliknya? Ya tekor: dosa melibas pahala.

Seorang pendosa tentu lebih banyak dosanya daripada pahalanya. Namanya saja pendosa. Tetapi ada lagi yang selama hidupnya merasa sudah mengumpulkan banyak pahala.Namun apa yang terjadi?

Di akhirat dia termasuk golongan yang muflis alias bangkrut. Penyebabnya? Doyan ghibah alias ngerasani-Jawa alias ngupat-Sunda alias mencerita-ceritakan sesuatu hal yang benar tentang seseorang, tetapi dia tidak suka hal itu dicerita-ceritakan.

“Wahai Nabi, bagaimana jika hal yang dicerita-ceritakan itu sesuatu yang benar?” tanya sahabat. “Ya itulah yang namanya ghibah. Adapun jika yang dicerita-ceritakan itu perkara yang tidak benar, itu namanya fitnah” jawab Nabi.

Awal-awal ketika TV mulai ramai menayangkan kisah pribadi para selebriti, saat itu para Ulama sudah mengingatkan bahwa apa yang dilakukan masyarakat kita adalah sebuah ghibah nasional. Praktis tidak ada selebriti yang suka kehidupannya dibuka kepada publik, bukan?. Tetapi mau bagaimana lagi? Fatwa kalah sama rating.

Mengapa pengghibah muflis di hari akhirat? Karena orang yang dirasani akan mengambil pahala dari orang yang ngerasani. Tentunya mengambil dengan tanpa ampun.

Jadi jangan understimate dengan para selebritis. Boleh jadi justru sorga mereka tinggi. Darimana pahalanya? Ya dikutip dari jutaan orang yang doyan ghibah semesta yang dipancar-luaskan di media, termasuk via internet. Allohu a‘lam.

Saking harus berfikir positip tentang orang lain, Rhonda Byrne dalam bukunya “The Secret” memberi pelajaran, jika tidak suka dengan seorang politikus, jangan menyerang pribadinya, tetapi bergabunglah dengan partai yang oposisi dengan partai sang politikus tadi. Jadi bukan dengan ghibah, black-campaign, melainkan dengan mengadu program.

Terpujilah mereka yang waspada menjaga pahalanya, waspada menghindari tambahan dosanya.

H. Teddy Suratmadji
tsuratmadji@gmail.com

> 12.03.10: Syukur Vs. Kufur






Syukur vs Kufur

Fri 12 Mar 2010

Ir KH Teddy Suratmadji MSc


Dari yakin aku teguh. Hati ikhlasku penuh. Akan karunia-Mu. Tanah air pusaka. Indonesia tercinta. Syukur aku sembahkan kehadirat-Mu Tuhan.


ITULAH lagu Syukur yang dalam setiap upacara bendera anak sekolah sampai upacara bendera kenegaraan selalu dinyanyikan. Ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas dianugerahkannya Tanah Air Pusaka Indonesia yang‘“kata Koes Ploes-berkolam susu, berbatu berkayu jadi tanaman.


Tepat sekali, generasi manusia Indonesia sejak kecil ditanami rasa syukur dan cinta Tanah Air. Mengapa? Karena syukur itu hukumnya wajib. Firman Allah: “Dan jika syukur kamu sekalian atas kenikmatan yang diberikan Allah, niscaya Allah akan menambah kenikmatan.” “Dan jika tidak syukur kamu sekalian, firman Allah pula, maka sesungguhnya siksa Kami amatlah pedih.”


Bagaimana cara syukur? Apakah dengan menyanyikan lagu Syukur setiap hari? Tentu bukan. Lagu itu isinya mensyukuri Tanah Air. Padahal, dalam kehidupan ini banyak sekali hal-hal kecil yang juga wajib disyukuri.


Ingat ketika Barrack Hussein Obama dilantik menjadi presiden Amerika Serikat? Bagaimana seorang keturunan Muslim bisa terpilih menjadi bos di negara adidaya itu? Besyukurlah semua muslim?


Search saja di Google dan cari berita-berita seputar tanggal dilantiknya Obama. Ada saja segelintir Muslimin yang, alih-alih mensyukuri, malah menghujat habis-habisan kenikmatan akbar bagi sejarah besar peradaban Muslim. Barrack bukan asal kata dari barak berarti tangsi militer. Tapi dari asal kata mubarak alias diberi barakah.


Perbuatan syukur kedua: syukurilah perantara nikmat, berdasarkan hadits Nabi: barangsiapa tidak syukur kepada manusia, maka sama dengan tidak syukur kepada Allah. Sehingga, sekecil apa pun nikmat, kita hendaknya mensyukuri dan memberikan apresiasi kepada para perantaranya.


Pernah ada makanan jatuh dari langit? Pernah. Yaitu ketika Nabi Isa menjamu kaum Hawariyyin. Kejadiannya kemudian diabadikan di dalam Surat Al-Maidah (Hidangan).


Sebelumnya, ketika Siti Maryam diasingkan karena hamil tanpa suami, tapi tetap survive karena Allah memberikan makanan langsung dari langit. Setelah dua kejadian itu, semua makanan harus dicari, dan dimasak sendiri.


Pernah lihat uang jatuh dari langit? Pernah, ketika Tung Desem Waringin, seorang motivator, dalam rangka promosi bukunya membuat hujan uang dari helikopter sewaan. Tetapi hujannya sporadis dan sesaat saja, tidak sampai seharian dan merata se-Jakarta.


Selain kejadian sensasional itu, semua manusia memperoleh rezeki dalam bentuk uang dan uang itu hakikatnya dari Allah, tetapi melalui para perantara: anak dari ortu, isteri dari suami, dan pegawai dari tempatnya bekerja, dan seterusnya.


Dalam skala lebih besar, siapa menciptakan kehidupan beragama, berbangsa, dan ber-Tanah-Air yang aman dan damai di suatu negara? Pasti Allah, bukan? Sesuai hadis di atas, semua itu ada perantaranya.


Tetapi alangkah banyak ironi, sejak zaman baheula, di negeri-negeri yang sedang menapak menuju baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur, segolongan umat alih-alih mensyukuri, malah menghujat habis para penyelenggara negara.


Perbuatan syukur ketiga, dan ini yang paling susah adalah: selalu melihat ke bawah. Jangan melihat ke atas. Berdasarkan hadis Nabi: Lihatlah kepada orang yang lebih bawah, dan janganlah melihat kepada yang lebih atas. n