10.11.10

Tanggal Muat dan Judul Artikel di Koran Jurnal Nasional

  1. 10.11.10: Husnudzon, Bersangka Baik
  2. 03.11.10: Force Majeure!
  3. 27.10.10: Makar
  4. 20.10.10: Green Tourism dan Eat, Pray, Love
  5. 13.10.10: Syahid Kehormatan Bangsa
  6. 06.10.10: Musibah dan Cobaan
  7. 29.09.10: Jamaah Antisuap
  8. 22.09.10: Halal Bi Halal Versus Sidak
  9. 15.09.10: Bulan Syawal dan Countdown
  10. 08-14.09: Idul Fitri dan Fitrah Berseteru
  11. 01.09.10: Lailatulkadar dan Hukum Pareto
  12. 25.08.10: Ulama dan Umaro
  13. 18.08.10: Perang GCG Pascakemerdekaan
  14. 11.08.10: Puasa Ramadan vs. Produktvitas
  15. 04.08.10: Megalomania
  16. 28.07.10: Bangsa Ber-Akhlakul Karimah
  17. 21.07.10: Ilmu Vs. Amal
  18. 14.07.10: Pernik Piala Dunia 2010
  19. 07.07.10: LHKPN-KPK Vs. Audit Bukit A'raf
  20. 30.06.10: Lisanmu Pedangmu, Harimaumu
  21. 16.06.10: Pahala Cinta Produk Indonesia
  22. 09.06.10: Ideologi Baru: Green Economy
  23. 02.06.10: Jurnas Media Kifayah ---
  24. 26.05.10: Memilih CEO Maslahat
  25. 19.05.10: Ziarah Lapas Tipikor
  26. 12.05.10: Istikharah Presiden dan Menkeu
  27. 05.05.10: Spiritual Bipartit
  28. 28.04.10: HRD Ekspatriat
  29. 21.04.10: Kemitraan Mbah Priuk
  30. 14.04.10: Manusia Mulia dan Hina
  31. 07.04.10: Padu Padan Spiritual dan Material
  32. 31.03.10: Procrastination Menggerus Iman
  33. 24.03.10: Dosa Melibas Pahala
  34. 12.03.10: Syukur Vs. Kufur

> 10.11.10: Husnudzon, Bersangka Baik














Husnudzon Bersangka Baik

Jakarta Wed 10 Nov 2010


Sesungguhnya Allah SWT 'indadz dzonni 'abdii bii bersama persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Demikian bunyi sebuah hadis. Kalau hamba bersangka baik kepada Allah, maka Allah akan memberikan yang baik pula, dan vice versa kalau hamba bersangka buruk kepada Allah, maka Allah akan memberikan yang buruk pula.


Sikap manusia terbagi dua. Mereka yang selalu bersikap husnudzon - bersangka baik, positive thinking, optimistis. Satu lagi yang selalu bersikap suudzon - bersangka buruk, negative thinking, pesimistis.


Orang yang husnudzon akan selalu memandang segala sesuatu hal itu baik, sampai terbukti buruk. Sebaliknya, orang yang suudzon akan selalu memandang segala sesuatu hal itu buruk, sampai terbukti baik.


Pilih yang mana? Tentu saja pilih husnusdzon yang sesungguhnya adalah identik dengan asas praduga tak bersalah atau "presumption of innocence" di mana seseorang dinyatakan tidak bersalah sampai pengadilan menyatakan bersalah.


Pengecualian tentu saja diberikan kepada profesi tertentu yang memang mengharuskan curiga, suudzon. Spion, misalnya. Jika sikapnya husnudzon terus, maka pekerjaannya sebagai spion sudah dipastikan tidak beres. Spion model itu tentunya umurnya pendek. Keburu "dimakan" kontra-spionase.


Atau pengacara. Baik atau buruknya klien tetap harus dicitrakan baik. Sebaliknya, buruk atau baiknya lawan berperkara tetap harus dibuat buruk. Sebab kalau tidak bersikap demikian, siapa yang akan memakai jasa pengacara yang selalu kalah gara-gara husnudzon ke lawan berperkara?


Sesungguhnya orang Indonesia memiliki kultur yang husnudzon. Terhadap apapun yang terjadi, selalu saja ada "untung"nya.


Ketika terjadi kecelakaan dan kendaraannya rusak, maka katanya: "Untung tidak ada yang terluka." Ketika ada yang terluka, maka katanya: "Untung tidak ada korban jiwa." Ketika ada korban jiwa, maka katanya: "Untungnya yang mati dia." Dan seterusnya.


Sikap itu sesungguhnya sesuai dengan sebuah hadis yang berbunyi "lihatlah kepada yang asfala minkum - lebih rendah dari kamu sekalian, dan jangan melihat kepada yang fauqokum - lebih tinggi dari kamu sekalian".


Adakalanya sikap husnudzon ini justru menjadi hal yang kontraproduktif jika diterapkan untuk menghibur diri atas perkara yang negatif. Ketika divonnis hukum penjara: "Untung harta tidak disita," katanya. Ketika divonis hukum penjara dan harta disita: "Untung masih ada harta tersembunyi," katanya. Ketika segalanya habis: "Untung tidak kena stroke," katanya.


Apakah dengan husnudzon kemudian tidak harus membuat exit strategy atau mempersiapkan plan A - plan B? Tentu saja harus dibuat. Menyiapkan exit strategy adalah justru bagian dari husnudzon, bahwa dalam keadaan yang sangat terdesakpun, sudah dipersiapkan jalan keluarnya.


Hadis tentang dzon atau persangkaan yang sudah ada sejak 14 abad yang lalu, secara ilmiah sudah dapat dibuktikan. Simak saja di www.thesecret.tv bagaimana the law of attraction digunakan oleh manusia-manusia hebat di dunia: Beethoven, Da Vinci, Edison, Einstein, Emerson, Galileo, Hugo, Lincoln, Newton, Plato, Shakespeare. Termasuk Jack Canfield pengarang buku series Chicken Soup for the Soul yang sudah mencapai 200 judul dengan 114 juta eksemplar dan sudah beredar di 40 negara. Padahal masa kecilnya yang tidak bahagia karena ibunya alcoholic bapaknya workaholic. Modal awal mereka semua adalah sama: husnudzon.


Bagaimana kalau sudah husnudzon diikuti dengan usaha dan doa tapi tidak sesuai dengan setting goal, tidak tercapai target atau bahkan negatip alias tekor?


Jika itu yang terjadi, maka sikap husnudzon nya adalah dengan mengatakan: "Sudah husnudzon saja goals tidak tercapai, bagaimana jadinya kalau suudzon?"


Saat ini bangsa Indonesia sedang dihadapkan dengan tsunami di Mentawai sampai letusan Gunung Merapi. Tidak ada seorang pun manusia yang bisa mencegahnya karena itu semua merupakan act of God. Namun atas semua yang terjadi, sikap husnudzon tetap harus menjadi landasan.


Pertama, husnudzon bahwa ini adalah cobaan. Sebagai bukti bahwa Allah SWT sedang cinta kepada bangsa ini. Janganlah suudzon ini mengatakan sebuah azab. Kecuali bagi orang yang tidak waras, cobaan ini akan mendekatkan diri kepada-Nya.


Kedua, husnudzon bahwa satu saat cobaan ini akan berakhir. Tidak ada kenikmatan yang kekal. Sebaliknya, tidak ada pula cobaan yang akan ditimpakan selamanya. Semua pasti ada akhirnya. Maka kesabaran adalah kunci dari keberhasilan menunggu berakhirnya cobaan.


Ketiga, husnudzon bahwa ada hikmah di balik ini semua. Ada yang harga yang harus dibayar mengapa tanah di Pulau Jawa subur adalah karena banyaknya gunung berapi yang manakala secara rutin dalam siklus puluhan atau ratusan tahun meletus menyemburkan mineral yang menyuburkan tanah.


Adakah hikmah dari meletusnya gunung Vesuvius pada 79 Masehi? Sebuah kota bernama Pompeii semasa kekaisaran Romawi kuno terkubur total. Ketika secara tidak sengaja tergali, maka ada hikmah dibalik kejadian itu. Karena informasi kehidupan manusia belasan abad yang lalu secara detail bisa diwariskan kepada manusia masa kini. Apakah karena peristiwa itu kemudian Vesuvius dijauhi? Ternyata tidak. Saat ini di kaki gunung itu adalah kota padat yang menjadikannya daerah gunung berapi yang paling berisiko di dunia, karena penduduk sudah mencapai 3 juta jiwa. Seperti apa evakuasi yang harus dilakukan jika gunung itu batuk.


Tentu saja harus tetap husnudzon bahwa cobaan letusan Gunung Merapi akan segera berakhir. Semoga niat baik para pemuka agama untuk memanjatkan doa bersama bisa terwujud dalam beberapa hari ini, dan husnudzon Allah SWT mengabulkannya. Amin.

> 03.11.10: Force Majeure!




Force Majeure!

Wed 03 Nov 2010

H Teddy Suratmadji

Sesungguhnya Allah ketika ahabba--cinta kepada suatu kaum maka ibtalaahum--mencoba Allah kepada kaum itu. Demikian bunyi sebuah hadits.

Itulah bedanya Khalik dengan makhluk. Ketika boss senang kepada bawahannya, dipromosikanlah dia. Ketika orang tua senang kepada anaknya, dibawalah ke mal. Ketika suami sedang cinta kepada istri, dan sedang banyak uang, dibelikannyalah hadiah-hadiah.

Namun ketika Allah SWT cinta kepada suatu kaum, justru kaum itu akan dicoba. Di antaranya dengan musibah, bencana. Suatu keadaan memaksa yang di luar kemampuan manusia untuk menolaknya. Force majeure.

Adapun bentuk cobaannya adalah ba'sa--bahaya, dlorro--kemelaratan, dan zulzilu--gonjang-ganjing. Demikian beratnya cobaan sampai-sampai ditulis di Al Quran ucapan: 'mata nashrullah?--mana pertolongan Allah?'

Allah tentu saja mempunyai tujuan atas ditimpakannya cobaan kepada suatu kaum, yaitu untuk mengetahui siapa yang menerimanya dengan keimanan. Sikap itulah yang seharusnya dimiliki bangsa ini ketika ditimpa bencana. Seperti ucapan Ketua Umum PB NU Said Aqil Siradj: "Bencana ini bukan karena bangsa ini banyak dosa".

Beberapa waktu lalu bahkan serangkaian bencana alam di Indonesia sempat-sempatnya dikaitkan karena Indonesia memiliki seorang presiden bernama SBY. Ini tidak hanya keterlaluan, tetapi adalah syirik yang tidak berampun. Pernah punya dosa sebesar apa Presiden SBY sampai harus dibalas oleh Allah SWT dalam bentuk bencana kepada rakyatnya? Astaghfirullaah.

Indonesia secara geologis terletak di tiga lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik yang labil. Selain itu, Indonesia terdiri atas rangkaian gunung api, walaupun karena itu pulalah Indonesia subur-makmur dan, seperti kata Koes Plus, lautannya kolam susu dan tanahnya tempat batu dan kayu jadi tanaman.

Hari-hari ini Indonesia sedang dicoba dengan bencana. Banjir bandang Wasior Papua Barat (4/10) yang menewaskan 164 orang dan 121 dinyatakan hilang. Disusul tsunami yang meluluhlantakkan Kepulauan Mentawai Sumatera Barat (25/10) dengan 423 orang tewas dan 6 turis dinyatakan hilang. Disusul lagi Gunung Merapi meletus (26/10) dan tewas 36 orang. Belum lagi aktivitas Anak Krakatau dan Papandayan meningkat. Tidak mau ketinggalan Jakarta (25/10) dilanda "genangan air" yang masif.

Repotnya, teknologi masa kini belum bisa memprediksi dengan pasti kapan akan terjadi bencana. Yang bisa dilakukan adalah sebatas menerangkan proses yang sudah terjadi. Komunikasi ternyata juga masih menjadi kendala. Buktinya Badan Nasional Penanggulangan Bencana baru mengetahui tsunami keesokan harinya, jam 10 pagi atau 12 jam setelah kejadian. Itupun dari media asing.

Beragamlah sikap bangsa Indonesia terhadap bencana ini. Tentu saja tidak semua bisa menunjukkan sikap rida, sabar dan tawakal. Simak saja SMS berantai yang beredar di ibu kota pascamusibah (25/10) yang di-copy-paste apa adanya, sbb:

Ass wr wb. Salam hormat dari Pemerintah Provinsi DKI Jkt, Pada saat2 spt sekarang ini, mohon disampaikan kpd ummat agar selalu ingat atas karunia Allah yg diberikan kpd kita warga Jakarta dan bersyukur kepadaNya, karena di sela2 anomali cuaca yg sangat ekstreem akhir2 ini, kita warga Jakarta diberikan ujian yg mungkin cukup mengganggu masyarakat seperi adanya kemacetan (yg hanya 1 atau 2 hari saja) serta adanya jalan yg digenangi air sebentar. Ujian ini bila dibandingkan dengan ujian dan musibah yg dialami saudara2 kita di kawasan Merapi, Wassior dan Mentawai tentu kita masih tergolong lebih baik. Mari kita kembali mengingat besarnya karunia itu dan memohon anugerahNya agar kita menjadi warga dan umat yg baik. Hindari diri dari mengumpat serta mencaci, karena hakikat musibah itu adalah dari Allah serta bagaimana sikap kita menghadapinya. Tolong pesan ini disampaikan kepada segenap ummat di sela2 pengajian...

Jika "genangan air" Jakarta secara tidak fair memojokkan seakan-akan semua kesalahan ada di Gubernur DKI Fauzi Bowo, jika tsunami memojokkan Ketua DPR Marzuki Ali seakan-akan pernyataannya menyuruh masyarakat pesisir untuk hijrah dari Kepulauan Mentawai, maka letusan Merapi justru mengangkat nama juru kunci Mbah "Sing Mbaureksa" Maridjan yang tidak mau meninggalkan lereng gunung sejarak 5 km dari kawah dan memilih mati syahid sambil sujud di dalam tugas. Mirip Kapten Rivai nakhoda Kapal Tampomas II yang gugur syahid dalam tugas di Masalembo yang kisah heroiknya diabadikan Ebiet G Ade dalam lagu "Sebuah Tragedi 1981".

Force majeure adalah keadaan memaksa yang tidak bisa dihindarkan. Kontrak bisnis yang baik selalu mengandung klausul tentang force majeure yang biasanya dirinci (urut abjad) banjir, bencana alam, bencana nuklir, blokade, embargo, epidemi, gelombang, gempa bumi, gunung meletus, huru-hara, karantina, kebakaran, kebijakan pemerintah, pemogokan, penyitaan, perang atau keadaan serupa perang, petir, revolusi, sabotase dan keadaan yang tak terduga lainnya.

Kembali ke hadis di awal, sikapilah bahwa segala force majeure adalah merupakan tanda kecintaan Allah SWT. Syaratnya: rida, sabar, dan tawakal.

Tidak ada satu pun yang bisa menghindar dari force majeure. Cara terbaik menghadapinya adalah dengan berbuat semaksimal dan sebaik mungkin segala hal yang bisa dilakukan, lalu bacalah surat Al Baqarah ayat terakhir:

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya..."

> 27.10.10: Makar



.


Makar

Jakarta Wed 27 Oct 2010


Wa MAKARuu wa MAKARullah - dan berupadaya mereka, dan berupadaya Allah. Itulah salah satu dari firman Allah di dalam Al Quran yang menjadi dasar kosakata "makar" yang berarti pengambil-alihan kekuasaan secara paksa alias coup d'etat.


Makar sudah ada sejak zaman dahulu kala. Absyalum makar kepada bapaknya Raja yang juga Nabi Daud walaupun gagal dan tahta diwariskan kepada Raja yang juga Nabi Sulaiman. Aurangzeb makar kepada bapaknya Maharaja Shah Jahan, mengisolasinya sampai pemrakarsa mahakarya masjid batu pualam Taj Mahal itu meninggal.


Di zaman modern, 1999, Kepala Staf AD Pakistan Jenderal Pervez Musharraf "terpaksa" makar kepada Perdana Menteri Nazwar Syarif. Gara-garanya, ketika Jenderal hendak mendarat di bandara Karachi dari sebuah penerbangan luar negeri, PM mengeluarkan perintah yang keterlaluan: bandara diblokir dan izin mendarat tidak diberikan. Satu yang terabaikan PM adalah bahwa yang berada di pesawat adalah seorang yang punya banyak bawahan dengan jalur komando. Mereka bergerak cepat. Pesawat berhasil mendarat ketika bahan bakar tinggal tersisa beberapa menit lagi. Dan cerita selanjutnya adalah tinggal sejarah.


Di Indonesia? Ken Arok makar kepada Tunggul Ametung. Belasan tahun kemudian, Anusapati bin Tunggul Ametung membalas makar kepada Ken Arok. Dan banyak makar lain lagi. Namun di masa modern, selama enam kali Indonesia berganti Presiden, tidak pernah terjadi makar.


Sempat ada dugaan Surat Perintah Sebelas Maret alias Supersemar adalah sebuah makar karena dibuat di bawah todongan pistol. Namun bagaimana kisah sebenarnya, sudah dibawa salah satu pelaku sejarah terakhir Supersemar Jenderal (Purn) M Jusuf ke alam baka. Walhasil, Indonesia merdeka tidak mengenal makar. Alhamdulilah.


Beberapa hari sebelum Rabu pekan lalu (20/10) beredar SMS bahwa pada tanggal itu, bertepatan dengan 100 hari pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), akan ada demo besar-besaran. Tidak disebutkan akan makar, tapi mau apa lagi kalau bukan untuk itu?


Subhanallah, tepat sebulan sebelumnya (20/9) Pemimpin Umum Harian Jurnal Nasional N Syamsuddin Ch Haesy menurunkan tulisan berjudul "Bukalah Kacamata Hitam Itu". Cerita tentang seorang Ulama Banten Selatan yang membuat keputusan drastis: tidak akan lagi menonton TV! Apa pasal?


Karena menurut pengamatan Ulama Sepuh itu, sejak enam tahun terakhir sesungguhnya negeri ini sedang bergerak minadz dzulumati ilan nur - dari kondisi gelap remang ke cahaya terang-benderang. Tetapi pemberitaan di TV tidak menunjukkan seperti itu. Karena memakai kacamata Ray Ban, maka seterang apapun cahaya nur, tetap saja kelihatan gelap dzulumat.


Tsummun bukmun 'umyun - tuli bisu buta. Sesuai bunyi salah satu ayat Al Quran, seperti itulah barangkali gambaran segelintir manusia yang tidak bisa melihat kenikmatan yang hakikatnya diberikan oleh Allah SWT. Padahal syukur adalah sebuah kewajiban. Barangsiapa yang tidak syukur kepada kenikmatan yang qolil alias kecil, sama saja dengan tidak mensyukuri kenikmatan yang kabir alias besar. Barangsiapa tidak syukur kepada manusia perantara nikmat, sama saja dengan tidak syukur kepada Allah. Demikian bunyi sebuah hadit.


Dalam wawancara yang disiarkan RRI (25/10), Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengatakan bahwa sekalipun indikator-indikator kuantitatif sesungguhnya cukup baik, namun humas pemerintahan tidak jalan. Banyak kementerian yang tidak maksimal dalam mengkomunikasikan kemajuan.


Padahal litbang sebuah koran nasional menunjukkan bahwa apresiasi positif publik terhadap Presiden SBY pada bulan 3, 6, 9, dan 12 lebih tinggi dibandingkan apresiasi publik terhadap dua presiden pendahulunya pada periode yang sama. Kepada Presiden SBY, Lingkaran Survey Indonesia LSI bahkan memberi grade A, tingkat kesukaan publik tertinggi yang bisa dicapai seorang politisi.


Lamban? Sebuah koran yang biasanya sangat kritis dan sarkastis, akhirnya dalam sebuah editorialnya memberikan pujian atas tindakan-tindakan cepat dan tepat Presiden SBY, antara lain ketika pada detik-detik terakhir membatalkan muhibahnya ke Belanda.


Dalam wawancara yang disiarkan RRI (20/10), Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menengarai ada sesuatu yang harus dikoreksi di negeri ini. Karena semua kesalahan legislatif dan bahkan yudikatif dibebankan kepada Presiden yang adalah eksekutif. Simak daftar panjang tuntutan, lalu buatlah matriks trias politica. Dijamin, hanya sebagian saja yang layak masuk ke kolom eksekutif. Artinya, banyak tuntutan yang salah alamat.


Syukur alhamdulillah, suara sebagian masyarakat yang direpresentasikan ulama Banten di atas, lebih didengar oleh Allah SWT. Di sepanjang Jalan Sudirman dan Thamrin di mana Bundaran HI sebagai pembatasnya, hari Rabu itu lengang. Demikian pula di kota-kota besar di seluruh Indonesia ketika demo berlangsung. Yang rugi tentu saja rakyat. Di antaranya pengemudi angkutan umum. Atau cek saja occupancy atau tingkat hunian hotel-losmen. Hari itu anjlok.

Wa 'ammaa bini'mati robbika fahaddits - dan dengan nikmat Tuhan engkau maka cerita-ceritakanlah. Demikian perintah Allah SWT di dalam Al Quran. Supaya umat tahu kejadian yang sebenarnya. Supaya ummat bisa bersyukur kepada Allah. Supaya ummat tidak mengingkari kenikmatan Allah.


Khawatir terbawa arus mengingkari kenikmatan itulah sesungguhnya yang ditakutkan Ulama Sepuh Banten yang memutuskan lebih baik mematikan TV.


Ayat yang disebut diawal, masih ada terusannya: Wallaahu khoirun MAAKIRiin - dan Allah sebaik-baiknya Dzat yang berupadaya. Bahwa Rabu (20/10), itu ternyata tidak ada makar, semua adalah upadayanya Allah. Alhamdulillah.

Teddy Suratmadji

> 20.10.10: Green Tourism dan Eat, Pray, Love

> 13.10.10: Syahid Kehormatan Bangsa

> 06.10.10: Musibah dan Cobaan

> 29.09.10: Jamaah Antisuap



Jamaah Antisuap

Jakarta Wed 29 Sep 2010

SABDA Nabi Muhammad SAW: “Aljama‘atu rohmatun wal firqotu adzabun - jamaah adalah rahmat, perpecahan adalah azab". Hadis itu berlaku bil khusus hanya untuk orang-orang baik, bukan untuk orang-orang jahat. Artinya, walaupun berjamaah, jika orang-orangnya jahat, apanya yang bisa dirahmati?
Sebaliknya, peribahasa "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh" berlaku untuk siapa saja. Artinya, orang jahat pun jika bersatu, pasti teguh. Maka itu ada pepatah yang mengatakan bahwa orang jahat yang terorganisasi dapat mengalahkan orang baik tetapi tidak terorganisasi.

Lihat saja begitu berkuasanya Don Vito "Godfather" Andolini Corleone karena begitu rapi organisasinya. Padahal kejahatannya na‘udzubillah. Judi, narkoba, prostitusi, pemerasan, perampasan, pembunuhan, bahkan terhadap saudara ipar sendiri. Semua berjalan rapi-jali karena para mafioso itu menyuap para penegak hukum.

Oleh karena itu penggunaan terminologi "berjamaah" melakukan antisuap -bukan "bersatu"- yang untuk pertama kalinya diucapkan Menteri BUMN dalam Rapat Koordinator Komunitas Pengusaha Anti Suap (KUPAS) Indonesia ke-9, Rabu lalu di Jakarta, dalam konteks hadis dan beribahasa di atas, menjadi perlu dilestarikan.

Pertama, "jamaah" adalah terminologi positif yang berarti sekumpulan orang baik, sedangkan "bersatu" adalah terminologi netral yang berarti sekumpulan orang yang bisa baik bisa juga jahat.

Kedua, suap memang harus dihadapi secara berjamaah, tidak bisa dihadapi sendiri-sendiri secara sporadis, karena suap di Indonesia sudah demikian akut dan sistemik. Dari mulai suap ribuan rupiah untuk memperoleh KTP di kelurahan sampai suap miliaran rupiah untuk memenangkan tender pengadaan barang dan jasa di instansi atau korporasi.

Benar, dari pemerintah ada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan dari ornop di antaranya ada Indonesian Corruption Watch (ICW). Tapi di lembaga-lembaga itu tidak ada "jamaah" nya.

Berbeda dengan KUPAS yang didirikan atas gagasan KADIN Indonesia Bidang Corporate Governance dan Etika Bisnis dan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dengan visi terwujudnya dunia usaha yang Bersih, Transparan, Profesional (BTP). Dari 141 BUMN, tahun ini saja Menteri BUMN menargetkan 75-80 BUMN secara suka rela setara sunnah untuk menandatangani pakta antisuap.

KUPAS juga memanfaatkan jejaring sosial Facebook. Saat ini baru ada 1.200-an member. Bayangkan, kalau Menteri BUMN menaikkan derajat hukumnya menjadi setara wajib. Lalu seluruh karyawan, rekanan, mitra kerja dan stakeholders BUMN lainnya bergabung, boleh jadi angkanya menumbangkan rekor gerakan moral dukungan terhadap Bibit-Chandra saat "cicak lawan buaya" yang lalu.

Ini dapat menjadi gerakan moral kolosal. Suatu saat nanti semua akan merasa malu dengan suap. Itu pertanda baik, sebab sabda Nabi: "Alhayaa-u minal iman - malu itu bagian daripada iman".

Nah, karena komunikasi di jejaring sosial ini menggunakan bahasa informal, maka "punishment" bagi perbuatan suap bisa lebih gamblang dibuka. Misalnya saja, bahwa suap adalah perbuatan orang munafik.

"Ada 3 ciri-ciri orang munafik" demikian sabda Nabi Muhammad SAW. "Dusta ketika bicara - idza hadatsa kadzaba. Ingkar ketika janji - idza wa'ada akhlafa. Khianat ketika diberi amanat - idza tumina khoona".

Bahwa dusta, ingkar, dan khianat merupakan unsur-unsur yang ada di dalam semua perbuatan suap sekecil apa pun. Maka suap adalah perbuatan orang munafik. Dan hanya orang munafik yang berbuat suap.

Orang munafik itu lebih berbahaya dari siapa pun, karena merupakan musuh dalam selimut. Kekalahan tragis Nabi Muhammad SAW di gunung Uhud pascakemenangan gemilang di sumur Badar bukanlah karena Khalid bin Walid tiba-tiba menjadi sakti mandraguna, melainkan karena perbuatan orang-orang munafik.

Ada hal yang menarik beberapa hari jelang Lebaran kemarin. Yaitu bermunculannya iklan yang sama sekali tidak menawarkan produk. Begini bunyinya:

"Sebagai komitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan sesuai dengan Pedoman Kebijakan Perusahaan dan Pedoman Perilaku, maka Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh Karyawan PT XYZ (Persero) tidak akan menerima dan/atau meminta hadiah, bingkisan atau gratifikasi dalam bentuk apa pun dan dalam kesempatan apa pun, baik secara langsung maupun tidak langsung, dari seluruh pemangku kepentingan PT XYZ.

Apabila terdapat pihak-pihak yang menerima dan atau meminta hadiah atau bingkisan dengan mengatasnamakan pribadi atau perusahaan kepada mitra kerja maupun pihak ketiga lainnya, dimohon kesediaannya untuk melaporkan kepada manajemen Perseroan melalui telepon nomor sekian atau fax sekian atau e-mail blablabla dot com dengan mencantumkan sekurang-kurangnya identitas dan unit kerja yang meminta dan atau yang menerima hadiah atau bingkisan.”

Bayangkan, kalau pesan ini tidak hanya ditayangkan di koran setahun sekali menjelang Idul Fitri, tetapi di-posting secara teratur, dan santun, di jejaring sosial yang secara instan bisa masuk ke sekian juta ponsel stakeholders seluruh BUMN di seluruh dunia. Luar biasa.

Dengan cara itu, akselerasi kenaikan peringkat "kebersihan" Indonesia dari 55 menjadi 44 sejak reformasi, bisa lebih dipercepat lagi.

Tidak ada pilihan lain kecuali membungi-hanguskan suap dari bumi Indonesia, sekaligus membersihkan kemunafikan jiwa penghuninya. Sebab ternyata Allah SWT tidak hanya memasukkan orang munafik ke dalam neraka. Bahkan lebih dalam lagi. Sebuah ayat di surat An-Nisa berbunyi: "Sesungguhnya orang-orang munafik itu fid darqi asfali minannar - ada di dalam keraknya api neraka". Masya Allah.

Teddy Suratmadji

> 22.09.10: Halal Bi Halal Versus Sidak



Halal Bi Halal Versus Sidak

Jakarta Wed 22 Sep 2010
by : Wahyu Utomo


SIAPAKAH orang yang harus paling didahulukan? Tanya sohabat. ” Ummuka ‘“ ibumu” jawab Nabi. Kemudian siapa? Tanya sohabat. ” Tsumma umma ‘“ kemudian ibumu” jawab Nabi. Kemudian siapa? ” Tsumma ummuka” jawab Nabi. Kemudian Siapa? ” Tsumma abuuka ‘“ kemudian bapakmu” jawab Nabi.

Boleh jadi banyak yang keliru mengira ayah adalah nomor wahid bagi anak-anaknya. Tetapi berdasarkan hadits diatas, ternyata bukan. Bahkan tiga kali dipanggil berbarengan, seorang anak harus tiga kali mendatangi ibu, baru pada panggilan yang ke 4, boleh mendatangi ayah.

Sebuah riwayat menceritakan seorang manusia shalih ahli ibadah. Juraiz dari hari ke hari pekerjaannya hanya shalat dan doa didalam mihrab. Suatu hari, ketika sedang melaksanakan shalat sunnah, ibunya memanggil. Dia bimbang meneruskan sholatii - shalatku? Ataukah mendatangi ummii - ibuku? Apakah mengambil opsi pertama meneruskan shalat sunnah dan mengabaikan ibu, atau opsi kedua memenuhi panggilan ibu dan membatalkan shalat sunnahnya?

Tidak dijelaskan didalam hadits shalat sunnah apa yang dikerjakan Juraiz, yang jelas shalat orang shalih zaman dulu mestinya lama. Solat tasbih, misalnya, bisa 1/2 jam. Jadi bukan shalat sunnah beberapa menit seperti orang masa sekarang.

Juraiz memilih opsi pertama.

Karena dipanggil sekian lama baru keluar dari mihrab, ibunya tersinggung. Allah SWT lalu memberikan ‘imbalan‘ dalam bentuk cobaan berat terhadap nama baik Juraiz: dituduh menghamili seorang wanita.

Walaupun hamba yang ma‘sum dibersihkan dari segala dosa, ternyata Nabi Muhammad SAW juga pernah ditegur oleh Allah SWT. Buktinya adalah surat ‘abasa wa tawallaa ‘“ bermuka masam dan berpaling Muhammad karena kedatangan orang buta. Nabi memilih mendahulukan menghormati Ubay bin Kholaf dan beberapa pemuka Quraisy lainnya daripada Ibnu Ummi Maktum.

Dari semua riwayat diatas jelas bahwa agama Islam itu sangat memperhatikan prioritas. Pentingkan yang penting. Dahulukan yang harus didahulukan. First thing first.

Maka itu, wajar jika Jumat 17/9 minggu lalu di Pospol AJU Cikopo, Cikampek, Presiden SBY menegur secara terbuka kepada 2 pimpinan perusahaan telekomunikasi milik pemerintah ketika dalam sebuah sidak yang memerlukan pembicaraan jarak jauh ternyata CCTV - closed circuit TV tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Konon jaringan yang digunakan presiden saat melakukan sidak tidak menggunakan jalur khusus - dedicated, namun menggunakan akses jaringan 3G yang digunakan public netwrok dan memiliki successful rate 95%. Artinya, kemungkinan gagalnya 5 persen. Namanya juga musibah, kegagalan terjadi justru saat ada sidak oleh Presiden.

Di zaman orde baru, pada sebuah presentasi kepada Presiden saat itu, back-up system berlapis bukan hanya double, triple, quadruple, bahkan sampai quintuple alias lima lapis. Memang berlebihan, tetapi itulah yang terjadi.

Wajar jika kemudian Menteri BUMN yang membawahi kedua perusahaan telekomunikasi itu mengaitkannya dengan KPI ‘“ Key Performance Index.

Apalagi dinyatakan pula kemudian para pimpinan itu sedang melaksanakan acara HBH - Halal Bi Halal di Bandung.

Namanya sidak meninjau arus balik lebaran, yang mendampingi Presiden SBY saat itu adalah Seskab, Mensesneg, Menko Polhukam, Menko Kesra, Menhub, Menteri PU, Kapolri, Gubernur Jabar dan Kapolda Jabar. Urusan komunikasi barangkali dianggap sebagai supporting department saja, maka itu Menkominfo tidak ikut. Juga Menteri BUMN.

Dengan demikian bahwa pada saat sidak Direksi perusahaan sedang pada HBH di Bandung, jadi dapat difahami, karena dua Menteri itu saja tidak ikut serta.

Jika pun tahu akan ada sidak Presiden, Direksi tentunya tidak sendirian dalam menentukan apakah menghadiri HBH, atau mengahiri sidak. Untuk perusahaan sebesar itu tentunya ada protokol perseroan yang yang mengatur jadual Direksi. Apalagi Direksi perseroan yang berkedudukan di Jakarta.

Organizing Committee atau OC atau panitia pelaksana sebuah parpol atau ormas di tingkat provinsi yang mengadakan musyawarah provinsi tentunya merasakan bagaimana stress nya menunggu Gubernur atau Pangdam atau Kapolda untuk hadir di acara Musda.

OC di DKI akan lebih stressfull dibandingkan OC di Provinsi lainnya. Karena Gubernur setiap saat bisa dipanggil untuk mendampingi Presiden. Pangdam setiap saat bisa dipanggil Mabes TNI. Kapolda bisa setiap saat dipanggil Mabes Polri. Jika itu terjadi, mimpi buruk untuk OC.

Intinya, sepenting apapun, agenda harus fleksibel, bahkan harus batal jika ada kegiatan dari level diatasnya. Persis seperti HBH perseroan versus sidak Presiden.

Selalu ada hikmah yang bisa diambil dari setiap kejadian. Syukurlah, juru bicara perseroan memberikan pernyataan bahwa teguran yang disampaikan Presiden ini akan membuat perseroan terus berinterospeksi atas kejadian tersebut.

Kembali ke kisah Juraiz tadi. Boleh jadi banyak yang mengira sholat sunnah lebih penting dari memenuhi panggilan ibu. Ternyata terbalik. Kepada Juraiz kemudian ditimpakan fitnah menghamili wanita di luar nikah. Juraiz pun diadili oleh kaumnya.

Syukurlah, atas taubatan-nasuha yang dikerjakan Juraiz, bayi yang baru lahir itu tiba-tiba bisa bicara dan mengatakan bahwa ayah kandungnya adalah si Fulan. Juraiz pun terhindar dari hukum adat masyarakat.

Bagi korporasi, apalagi BUMN/BUMD, terlebih-lebih yang memberikan pelayanan public utility ‘“ listrik, air, telekomunikasi, dll., adalah sangat penting membuat mapping dari para stakeholders di wilayahnya, terutama peers and above - selevel dan diatasnya. Tentu saja mapping yang dinamis dari waktu ke waktu. Apa boleh buat.

Allah SWT yang Ar-Rohman Ar-Rohim Maha Pengasih dan Maha Penyayang saja menegor Nabi Muhammad SWT ketika keliru dalam menetapkan ‘first thing first‘.

> 15.09.10: Bulan Syawal dan Countdown




Bulan Syawal dan Countdown

Jakarta Wed 15 Sep 2010

Wal ‘ashri ‘“ Demi masa, sesungguhnya manusia itu rugi, kecuali orang yang beriman dan beramal sholih, dan saling berwasiat dengan haq dan sabar. Demikian bunyi surat Al-Ashr.

Hidup ini sesungguhnya sangat pendek. Karena 1 hari akhirat sama dengan khomsiina alfa sanah - 50 ribu tahun dunia, demikian bunyi sebuah ayat didalam Al-Quran. Artinya 1 tahun di dunia sama dengan 1,7 detik di akhirat. Jika kuota umur ummat Muhammad 60 sampai 70 tahun, maka itu setara dengan hanya 1,7 sampai 2 menit waktu akhirat.

Dr. Stephen R. Cover penulis The 7 Habits of Highly Effective People menyebutkan “4L” tugas manusia: Live-hidup, Love-mencintai, Learn-belajar, dan Legacy-mewariskan. Tiga yang pertama sudah dilewati semua manusia. Tinggal yang terakhir: ketika meninggal, hendak mewariskan apa?

Akan mewariskan ilmu dan karya sastra religi seperti Buya Hamka? Akan mewariskan ilmu seperti teori crack propagation yang digunakan untuk perhitungan merancang pesawat seperti BJ Habibie? Akan mewariskan harta kekayaan kepada anak cucu? Jika tidak bisa mewariskan apa-apa, minimal mewariskan nama baik yang akan dikenang anak-cucu. Seperti itulah kira-kira spirit dari Legacy yang dimaksud Covey didalam nuansa Islami. Na‘udzubillah, amit-amit, jangan sampai mewariskan nama buruk, semisal masuk kedalam Direktori Koruptor Indonesia, yang saat ini sudah ada dalam bentuk online di internet, dan bukan tidak mungkin suatu saat nanti akan dibukukan.

Maka hidup perlu direncanakan dengan baik. Dalam waktu 10 tahun kedepan, misalnya, tingkat hidup seperti apa dalam skala keluarga, atau level kepangkatan seperti apa dalam karir, atau peringkat perusahaan seperti apa dalam korporasi, yang ingin dicapai.

Cara Fachri barangkali boleh ditiru. Didalam master plan dituliskan bahwa tahun sekian harus sudah menikah. Maka ketika jatuh tempo, dia tidak memperdulikan tata-cara yang lazim sebelum menikah. Pacaran dulu, misalnya. Dia hanya sholat istikhoroh menyerahkan kepada Allah SWT. Syukurlah, dia mendapatkan Aisyah yang adalah muslimat milyuner. Disusul memperoleh Maria, yang Kristen Koptik tetapi hafal Al-Quran surat Maryam di luar kepala, yang akhirnya syahadat dan sholat di ujung hayat. Itulah yang ada di Ayat-Ayat Cinta, satu dari sedikit film nasional yang dilihat oleh Presiden SBY. Bahwa film beraroma poligami, sama sekali tidak menghalangi Ibu Negara untuk turut menontonnya.

Umur, bagi kebanyakan semakian hari semakin bertambah, dan setiap HUT dirayakan dengan memotong kue taart. Padahal menurut agama, umur justru semakin berkurang. Barangkali karena itu maka tradisi milad atau HUT sesungguhnya tidak ada dalam Islam.

Dikalangan senior, jika ditanya: ”Usianya berapa?”, biasa didengar jawaban: ”Alhamdulillah, sudah dapat bonus 2 tahun”. Itu artinya umurnya sudah 65 tahun. Karena Rosulullah SAW umurnya 63, maka bagi sebagian kalangan, selisih umur di atas itu dianggap sebagai ‘bonus‘. Sebaliknya jika dijawab: ”Insya Allah, mudah-mudahan bisa 10 tahun lagi”. Itu artinya umurnya baru 53. Kalimat percakapan tadi sesungguhnya adalah sebuah countdown alias menghitung mundur.

Di sebuah hadits diriwayatkan Nabi Musa AS menolak kematian. Malaikat pencabut nyawa, Ijroil, kemudian laporan kepada Allah, dan kembali kepada Musa dengan membawa sebuah pesan, bahwa Allah akan memberi umur kepada Musa dengan bilangan tahun sebanyak bulu yang ada di kulit seekor sapi. Setiap tahun, satu bulu dicabut, berkurang satu, countdown. Akhirnya Musa menolak tawaran itu, karena toh akhirnya ribuan lembar bulu itu akan habis juga. Ah, seandainya saja tawaran itu diterima, boleh jadi saat ini Musa masih ada.

Countdown adalah satu cara yang lebih tepat untuk menetapkan sebuah goal didalam kehidupan dan lingkungan korporasi. Ilustrasi countdown yang paling tepat adalah saat peluncuran pesawat di launcher The John F. Kennedy Space Centre, Cape Canaveral, Florida, AS. Disana, ketika meluncur pada hitungan ke sepuluh, bukan menghitung maju 1 sampai 10, melainkan menghitung mundur: 10 .. 9 .. .. 2 .. 1 .. dan ketika sampai ‘zero‘ astronot pun melesat ke angkasa.

Di ruas-ruas jalan protokol di Jakarta saat ini beberapa traffic light sudah dipasang counter yang menghitung mundur. Tidak peduli berapapun angka awal yang di set, semua pengemudi tahu bahwa saat mencapai angka 0, maka akan terjadi pergantian dari lampu merah menjadi lampu hijau, dan sebaliknya.

Menetapkan target waktu sebuah pekerjaan dengan menggunakan countdown menghitung mundur sesungguhnya lebih efektif daripada menghitung maju. Pada sebuah pekerjaan yang berdurasi 100 hari, misalnya, kalimat ‘sudah 90 hari‘ dengan ‘tinggal 10 hari‘ walaupun maksudnya persis sama tetapi memiliki dampak yang berbeda.

Pertama, infinitife alias ketidak-terbatasan ada pada ‘sudah 90 hari‘ karena batas 100 hari seakan bisa bertambah menjadi 101 .. 102 dst, sedangkan pada kalimat kedua, batas 0 tidak mungkin berkurang menjadi -1 .. -2 dst.

Kedua, kemendesakan alias urgensi batas waktu lebih kuat pada ‘tinggal 10 hari‘ daripada ‘sudah 90 hari‘.

Hiduplah di dunia ka annaka taisu abadan ‘“ bagaikan akan hidup selamanya, dan hiduplah menghadapi akhirat ka annaka tamuutu ghodan ‘“ bagaikan engkau akan mati besok.

Nah, mumpung masih bulan Syawal, marilah mulai menghitung mundur apa yang akan dicapai setahun kedepan pada 1432H, lima tahun kedepan 1436H, sepuluh tahun kedepan 1441H, dst. Dan tentukan warisan apa yang dapat ditinggalkan untuk anak-cucu, untuk perusahaan, untuk masyarakat, bangsa, negara, dan bil khusus agama, kapanpun ajal datang menjemput.

Teddy Suratmadji

> 08-14.09.10: Idul Fitri dan Fitrah Berseteru.

> 01.09.10: Lailatulkadar dan Hukum Pareto








Lailatul Qodar & Hukum Pareto

Jakarta Wed 01 Sep 2010

LAILATUL Qodar adalah satu malam di bulan Ramadan yang jika seseorang beribadah maka nilai pahalanya adalah khoirun min alfi syahrin ‘“ lebih baik dari 1.000 bulan. Demikian firman Allah SWT didalam Al-Quran. Darimana datangnya angka 1.000 bulan?

Syahdan, zaman dahulu ada tiga orang saleh dari Bani Israil yang selama 80 tahun terus menerus beribadah kepada Allah SWT. Mendengar kisah ini para sohabat merasa heran dan iri - dalam semangat fastabiqul khoirot berlomba-lomba dalam kebaikan - bagaimana mungkin selama puluhan tahun orang bisa beribadah secara terus-menerus? Jika rata-rata umur ummat Muhammad adalah 60-70 tahun maka bagaimana mungkin ummat ini bisa menandingi ibadahnya Hizqil, Zakaria dan Yusa‘?

Maka turunlah basyiron kabar gembira berupa ayat diatas bahwa ada 1 malam dari 354 malam tahun Qomariah yang nilai pahalanya bisa mengalahkan ibadah ketiga orang saleh tadi. Maha Suci Allah dengan segala kehendak-Nya, karena di satu hadits disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW dilupakan pada malam ke berapa turunnya Lailatul Qodar itu, sehingga Nabi hanya menyebutkan fii asyril awaakhiri ‘“ di salah satu malam dari 10 malam terakhir. Di hadits lain, Lailatul Qodar disebutkan turun di malam ganjil.

Maka di 10 hari terakhir bulan Ramadan, ummat Islam melaksanakan itikaf atau tinggal di mesjid, untuk melaksanakan ibadah hatta matla‘il fajr ‘“ sampai terbit fajar. Dan karena tahun ini awal puasa di Indonesia bersamaan, maka itikaf pun dimulai malam 21 yang jatuh bersamaan pada hari Senin 30/8.

Ibadah Nabi Muhammad SAW di bulan Ramadan disebutkan di hadits adalah ‘bagaikan angin yang dilepas‘. Artinya, ada intensitas ibadah yang meningkat ibaratnya deret kali, dan meningkat lagi ibaratnya eksponensial selama 10 malam terakhir.

Mengapa? Karena pahala semua amal ibadah selama Ramadan dilipat bi asyri amtsalihaa ‘“ sepuluh kali lipat, dan didalam salah satu dari 10 hari terakhir, ya itu tadi, pahalanya khoirun min alfi syahrin ‘“ lebih baik dari 1.000 bulan.

Hikmah apa yang dapat diambil dari ‘ibadah Nabi bagaikan angin yang dilepas‘ di bulan Ramadan bil khusus selama 10 malam terakhir?

Pada tahun 1906 Vilfredo Pareto seorang ekonom Italia melihat bahwa 80 persen tanah di Italia dikuasai oleh hanya segelintir kecil 20 persen populasi. Dia lalu memformulasikan hukum Pareto 80-20 yang ternyata masih masih berlaku seabad kemudian sampai sekarang, bahwa 80 persen output dihasilkan dari hanya 20 persen input.

Sebanyak 80 persen sales dihasilkan dari hanya 20 persen salesman. Sebanyak 80 persen omzet sebuah toko dihasilkan dari penjualan hanya 20 persen jenis barang. Sebanyak 80 persen laba BUMN/D dihasilkan hanya dari 20 persen BUMN/D. Sebanyak 80 persen output perusahaan dihasilkan dari kerja hanya 20 persen karyawan. Sebanyak 80 persen aktivitas dilakukan dengan memakai hanya 20 persen baju yang ada di lemari.

Maka, sebagaimana Nabi yang ‘beribadah bagai angin yang dilepas‘ selama Ramadan, fokuskan segenap resources didalam kehidupan sehari-hari dan di dunia korporasi untuk 20 persen input yang menghasilkan 80 persen output. Khusus untuk karyawan, tentu saja tidak dimaksudkan untuk mengeliminasi 80 persen karyawan yang hanya berkontribusi terhadap hanya 20 persen output perusahaan, melainkan bagaimana meningkatkan kemampuan mereka. Sedangkan untuk baju, shodaqohkan sajalah 80 persen baju yang jarang apalagi tidak pernah dipakai, daripada mubadzir dan hanya memenuhi lemari.

Untuk fulusy, menurut Robert Kiyosaki hukumnya bukan lagi 80-20 tapi 90-10. Total 90 persen uang di dunia ini dimiliki oleh segelintir kecil 10 persen populasi. Total 90 persen akumulasi royalti penulis di dunia dihasilkan oleh hanya 10 persen penulis saja. Diantaranya adalah JK Rowling penulis Harry Potter dan Kiyosaki itu sendiri penulis Rich Dad Poor Dad. Di Indonesia, sejak September 2000 buku ini sudah naik cetak 25 kali.

Di Indonesia, 90 persen pendapatan royalti dimiliki oleh 10 persen penulis, diantaranya Habiburrahman El Shirazy penulis Ayat-Ayat Cinta, Andrea Hirata penulis Laskar Pelangi dan beberapa orang penulis buku best seller lainnya.

Terjadi lonjakan dahsyat di 10 hari terakhir di Makkah dari orang yang melaksanakan ibadah umroh lailatul qodar. Dan puncaknya di malam 27 dimana sedemikian padatnya lautan manusia di Kabah sehingga konon jauh lebih sulit melaksanakan tawaf di malam itu dibandingkan di musim haji sekalipun.

Di Indonesia, puncak Ramadan adalah malam ke 17 karena sudah menjadi agenda resmi negara untuk memperingati Nuzulul Quran yang kemarin 26/8 diselenggarakan di Istana Negara.

Ketika awal abad 19 Hukum Pareto diformulasikan, sesungguhnya belasan abad silam Islam sudah mengajarkan prinsip-prinsip itu. Bahwa diantara 114 surat ada satu surat istimewa Al-Ikhlas yang jika dibaca tiga kali pahalanya sama dengan satu khataman Al-Quran. Bahwa satu kali membaca surat Yasin pahalanya tiga kali khataman Al-Quran.

Margasatwa tak berbunyi, gunung menahan nafasnya, angin pun berhenti, pohon-pohon tunduk,dalam gelap malam, pada bulan suci Quran turun ke bumi... Inilah malam seribu bulan, ketika Tuhan menyeka air mata kita, ketika Tuhan menghapus dosa-dosa kita.

Itulah senandung Trio Bimbo dengan lirik Taufiq Ismail 35an tahun yang lalu yang Alhamdulillah saat ini bisa didengarkan di youtube.com dengan memasukkan keywords “Bimbo - Lailatul Qadar”.

Allohumma innaka ‘afuwwuun kariim tuhibbul ‘afwa fa‘fu annaa ‘“ Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Maha Mulia dan menyenangi maaf, maka maafkanlah kami. Demikian doa yang disunnahkan diperbanyak diucapkan selama itikaf.

Masih tersisa 7 malam lagi. Selamat itikaf di masjid. Selamat mencari Lailatul Qodar. Dan selamat mengaplikasikannya didalam kehidupan.

9.11.10

> 25.08.10: Ulama dan Umaro







Ulama dan Umaro

Jakarta Wed 25 Aug 2010


ULAMA adalah warotsatul anbiya atau pewaris para Nabi, demikian bunyi sebuah hadits. Di Indonesia jumlah ulama banyak sekali, dan Majelis Ulama Indonesia mulai MUI Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat adalah wadah resminya. Ketua Umumnya yang adalah Rois Aam NU KH Sahal Mahfuz dan Wakil Ketua Umumnya yang adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin merepresentasikan bahwa di MUI semua atribut aliran madzhab, dilepas. Alhamdulillah.

Umaro adalah pemimpin yang dipilih umat untuk memimpin mereka. Panduan pemilihannya sederhana. Barangsiapa memilih umaro ‘ala fiqhin karena keprofesionalannya, maka hayatan lahu walahum hidup pemimpin dan hidup pula umat. Sebaliknya jika dipilih ‘ala ghoiri fiqhin bukan karena keprofesionalannya, maka halaka lahu walahum baik pemimpin maupun umat, sama-sama akan rusak.

Umaro di kalangan ormas atau orpol mulai dari Ketua Pimpinan Anak Cabang di tingkat Kelurahan sampai Ketua Umum di tingkat Nasional. Umaro di lingkungan perusahaan mulai dari kepala regu sampai Direktur Utama.

Bedanya, Ketua di ormas atau orpol dipilih di Munas sebagai pemegang kekuasaan tertinggi organisasi dengan peserta perwakilan seluruh provinsi. Sedangkan Direksi ditunjuk oleh pemegang saham melalui RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Ketua Umum sebuah ormas atau orpol adalan manusia organg paling mahal di organisasinya, karena untuk memilihnya perlu biaya mahal untuk mendatangkan utusan propinsi di Munas.

Siapakah manusia yang nilainya paling mahal di sebuah negeri? Tentu saja Umaro alias Ulil Amri alias pemimpin negeri itu. Untuk memilihnya melewati proses yang sangat panjang dan melelahkan, dengan biaya yang amat sangat mahal pula. Setelah umaro terpilih, treatment yang diberikan tentu saja memerlukan biaya yang sangat mahal pula.

Barack Obama asalnya bukanlah siapa-siapa. Tetapi ketika terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, maka treatment yang diberikannya menjadi luar biasa. Orang sipil yang tiba-tiba saja menjadi Panglima Tertinggi atas Angkatan Bersenjata negara adidaya. Yang kepadanya selalu standby pesawat kepresidenan Air Force One. Dan kemana-mana dikelilingi Secret Services. Smartphone yang awalnya hanya BlackBerry diganti menjadi BarrackBerry, satu-satunya di dunia, semata-mata supaya keberadaannya tidak terdeteksi.

Pantaslah, tentunya setidaknya untuk kalangan Muslim yang percaya kepada Al-Quran, Alloh SWT berfirman supaya manusia taat kepada Allah, taat kepada Rasul, dan taat kepada ulil amri yang bagi sekalangan ulama diberi makna pemimpin sebuah negeri.

Bedanya, taat kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW adalah mutlak, sedangkan taat kepada ulil amri sepanjang tidak maksiat dan tidak bententangan dengan peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh para wakil rakyat yang memilihnya.

Maha Suci Allah, sebab jika tidak ada ayat yang memerintahkan manusia taat kepada ulil amri, alangkah kacaunya dunia ini.

Bayangkan, di negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia ini, dengan santainya fatwa Ulama dikecam dan dicela, tanpa hujjah yang nyata pula. Ironisnya, yang mengecam dan mencela adalah orang yang tidak memiliki ilmu agama yang cukup, sehingga hujjah yang diberikan tidak berdasarkan dalil-dalil Al-Quran dan Al-Hadits, melainkan semata-mata royu alias fikiran sendiri. Lebih ironis lagi, kecaman dan celaan itu dimuat pula di media.

Idem, kepada umaro yang dipilih oleh rakyat. Kecaman dan celaan sepertinya tidak ada hentinya. Bicara salah, tidak bicara salah. Bicara sedepa dikatakan kependekan, seharusnya sehasta. Bicara sehasta dikatakan kepanjangan, seharusnya sedepa. Bicara detil, dikatakan tidak pantas seorang pemimpin mengurus tetek-bengek. Bicara tidak detil, dikatakan pemimpin tidak menyentuh hal yang mendasar.

Jadi mau Ulama dan Umaro seperti apa? Apakah mau Ulama yang sekalian saja tanpa ampun memfatwakan memberlakukan hukum qisos sehingga semua bebatuan habis dipakai untuk meranjam para pezina? Apakah mau Umaro yang demi kesejahteraan rakyatnya bertindak dengan tangan besi?

Give me a break, kata orang Barat. Give them room for error, masih kata orang Barat. Ulama dan Umaro itu juga manusia biasa yang tidak lepas dari lupa dan salah. Beri mereka ruang untuk lupa dan salah.

Ada sebuah koran ibukota yang setiap harinya memuat perubahan ucapan tokoh pejabat pemerintahan dan tokoh masyarakat yang tidak konsisten. Maksudnya barangkali, inilah tokoh yang ucapannya ‘pagi tempe sore tahu‘. Padahal decision making adalah sebuah proses yang dinamis. Ketika ada perubahan atau penambahan informasi, maka keputusan justru harus diperbaiki. Manusia masa kini bukanlah Ksatria Laskar Pajang yang pantang menjilat ludah sendiri. Didalam Al-Quran saja dikenal nasih-mansuh. Sama sekali bukan tidak konsisten, melainkan karena asbabun-nuzul atau asal-usul turunnya ayat terjadi di saat yang berbeda.

Kepada tiga pemimpin negeri yang sudah dipanggil ke haribaan-Nya, diberinya julukan ‘gila‘. Ada yang ‘gila wanita‘, ada yang ‘gila tahta‘ dan ‘yang memilihnya yang gila‘. Astaghfirullah.

Di usianya yang ke 65, Republik ini masih ramai dengan seminar dan lokakarya mencari bentuk ‘karakter bangsa‘. Jangan jauh-jauh, cukup amalkan saja salah satu perintah akhlaqul karimah dari Rasulullah SAW untuk takdzim kepada ‘dzuu syaibah fil Islam‘ -mereka yang sudah beruban, banyak makan asam-garam, banyak ilmu, para Ulama dan umaro. Karena berdasarkan hadits, Ulama yang faqih itu ditinggikan beberapa derajat di sorga karena ilmunya, sedangkan Umaro yang adil itu derajatnya sama dengan Nabi dan syuhada. Insya Allah.

> 18.08.10: Perang GCG Pasca Kemerdekaan






Perang GCG Pasca Kemerdekaan

Jakarta Wed 18 Aug 2010


“Akan ada perang yang jauh lebih dahsyat dari ini” sabda Nabi usai memenangkan perang Badar dimana 313 orang muslimin melawan 1000 orang musyrikin. Artinya 1 lawan 3. Namun hasilnya 70 musyrikin mati, 70 ditawan, atau total 140 korban, sedangkan hanya 14 muslimin yang syahid. Artinya 1 banding 10.

Apakah perang yang lebih dahsyat dimana rasio input 1/3 sedangkan rasio output 10/1? ”Perang melawan hawa nafsu” sabda Nabi.

Enam puluh lima tahun para pejuang kemerdekaan membebaskan Indonesia dari penjajahan yang selama ratusan tahun menyengsarakan rakyat. Kemerdekaan yang ditebus dengan tidak terhitung nyawa syuhada.

Lalu apakah Indonesia sudah betul-betul merdeka? Dan -sebagaimana tercantum didalam Mukadimah UUD 1945- apakah sudah berhasil melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia? Apakah sudah berhasil memajukan kesejahteraan umum? Apakah sudah berhasil mencerdaskan kehidupan bangsa?

Sebagaimana paska perang Badar, ternyata ada perang yang lebih dahsyat daripada perang revolusi merebut kemerdekaan. Jika dulu perang revolusi fisik memerdekakan diri dari 1 hal yaitu penjajahan, maka sekarang perang non-fisik memerdekakan dari dari banyak hal.

Sebagaimana dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam ”kalimat negatip” pada pidato kenegaraan HUT Kemerdekaan RI ke 65 di Gedung MPR/DPR/DPD Senayan, Jakarta, Senin 16/8, bahwa Indonesia masih harus berjuang memerdekakan diri dari 5 hal: korupsi, diskriminasi, anarkis, ekstremisme, dan terorisme. Semuanya pekerjaan hawa nafsu.

Pejuang Indonesia melawan penjajah Belanda dan Jepang adalah sebagaimana muslimin melawan musyrikin di Badar. Wujudnya jelas. Tetapi ketika melawan hawa nafsu, wujudnya tidak jelas. Karena hawa nafsu dibawa oleh syetan yang disebutkan di sebuah hadits mengalir didalam aliran darah. Bagaimana menaklukkannya sesuatu yang mengalir didalam darah? Maka itulah Nabi menyebutnya sebagai peperangan yang jauh lebih dahsyat.

Beberapa cikal-bakal BUMN didirikan dari hasil pampasan perang. Beberapa masih eksis sampai sekarang. Misalnya pabrik kertas Padalarang yang berdiri tahun 1924 dan Leces tahun 1940. Saat ini ada 141 BUMN dengan total aset Rp2.234 triliun, atau setara dengan 40 persen PDB.

Dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan di ratusan lokasi upacara HUT Proklamasi ke 65 di seluruh BUMN se-Indonesia, 17/8, pesan Menteri BUMN yang sedang menggagas BUMN menjadi World Class Corporations disampaikan dengan sangat tegas karena menggunakan ”kalimat negatif”: meningkatkan kinerja BUMN dengan meninggalkan praktek-praktek yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Tentu saja pesan Good Corporate Governance (GCG) itu berlaku universal bagi seluruh dunia korporasi. Bahkan non-korporasi Good Governance (GG).

Sabda Nabi, setelah Badar dimenangkan, bersiap-siaplah berperang melawan musuh berikutnya yang jauh lebih dahsyat: syetan hawa nafsu. Senada dengan ucapan Presiden SBY, setelah 65 tahun merdeka, bersiap-siaplah melawan musuh berikutnya yang jauh lebih gawat: syetan korupsi, diskriminasi, anarkis, ekstremisme, dan terorisme. Senada dengan ucapan Menteri BUMN, setelah sedemikian besarnya BUMN dan menjadi sokoguru ekonomi bangsa, bersiap-siaplah berperang melawan musuh yang jauh lebih jahat: syetan anti GCG.

Peperangan yang bukan hanya memerlukan hardskills iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan softskills bangpri (pengembangan kepribadian) tetapi terutama supraskills imtaq (iman dan taqwa). Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur, Republik Indonesia.

Teddy Suratmadji

> 11.08.10: Puasa Ramadan vs. Produktvitas








Puasa Ramadan Vs Produktifitas

Jakarta Wed 11 Aug 2010


Buniyal Islam ‘ala khomsin ‘“ dibangun Islam atas lima perkara. Demikian bunyi sebuah hadits. Syahadat, sholat, zakat, puasa, dan haji. Puasa yang dimaksud adalah puasa wajib di bulan ramadan.

Tidak makan dan minum sejak imsak beberapa menit menjelang adzan sholat subuh sampai saat adzan maghrib adalah sebuah tantangan. Tetapi tidak ada pilihan, karena puasa ramadan sebagai salah satu rukun Islam hukumnya adalah wajib.

Yang menjadi isu adalah apakah selama puasa ramadan dengan perut keroncongan dan tenggorokan haus akan mempengaruhi produktifitas?

Bagi yang sudah terbiasa puasa sunnat Senin-Kamis, misalnya mantan Wapres BJ Habibie, memasuki ramadan tentunya tidak masalah. Apalagi yang sudah terbiasa puasa sunnat Nabi Daud selang sehari sepanjang tahun.

Bagi yang sama sekali tidak menjalankan puasa sunnat, memasuki ramadan tentu saja akan mengalami masa ‘penyesuaian‘ full dengan rasa lapar, haus, lemas dan ngantuk. Tetapi itu hanya beberapa hari saja.

Sebenarnya jika puasa ramadhan dikerjakan dengan sungguh-sungguh, tidak hanya menjalankan perintah meninggalkan makan minum, tetapi juga meninggalkan larangan lainnya selama ramadan, produktifitas kerja justru seharusnya meningkat.

Selama puasa ramadhan dilarang marah. Artinya emosi harus dikontrol. Di dalam hadits, jika ada yang mengajak berantem, katakan sebanyak 2 kali ‘innii shooimun‘ -saya sedang puasa. Jadi selama ramadhan kontraproduktifitas akibat boss atau kolega yang mudah marah, misalnya, dapat ditekan.

Selama puasa ramadhan dilarang berbicara lahan yang tidak ada gunanya, apalagi berbohong, sebab barangsiapa yang selama puasa ramadhan tidak mengontrol mulutnya faqod lagho maka puasanya sia-sia. Jadi selama ramadhan kontraproduktifitas akibat ngerumpi atau politics at works, atau ngibul alias bohong, misalnya, dapat ditekan.

Selama puasa ramadhan dilarang melihat perkara lahan sebab, seperti juga berbicara lahan, akan menyebabkan puasanya faqod lagho, sia-sia. Jadi selama ramadhan kontraproduktifitas akibat korupsi waktu untuk melihat situs biru, misalnya, dapat ditekan.

Nah, kalau di lingkungan pekerjaan emosi lebih stabil, ngerumpi dihindari, jujur berjamaah tidak berbohong, tidak mencuri waktu melototin situs bernoda, dll, dll, bukankah sebetulnya puasa ramadhan itu justru menekan kontraproduktifitas alias meningkatkan produktifitas?

Waktu istirahat makan siang umumnya 1 jam. Tetapi kenyataannya lebih dari itu. Apalagi di kalangan eksekutif. Molornya na‘udzubillah. Kecuali tentu saja business lunch dengan mitra bisnis. Nah, selama ramadan ‘korupsi waktu‘ terselubung makan siang ini praktis ini bisa hilang.

Satu lagi. Tidak ada yang ingin berbuka puasa kecuali dengan keluarga di rumah. Maka itu di banyak perusahaan, jam kerja diawalkan lebih pagi dan istirahat makan siang diperpendek menjadi setengahnya dengan tujuan jam pulang bisa dimajukan.

Dampak positipnya pekerja menjadi lebih time oriented. Lembur menjadi drop. Overtime costs bisa turun.

Walhasil, selama puasa ramadhan sesungguhnya produktifitas bisa meningkat. Hanya saja secara ilmiah belum pernah diteliti. Sensitif.

Jika ternyata produktifitas turun, apakah mau menyalahkan puasa ramadhan? Kan tidak mungkin. Sebaliknya, jika ternyata produktifitas meningkat, apakah kemudian perusahaan akan mewajibkan pekerjanya untuk puasa sepanjang tahun? Kan juga tidak mungkin.

Tetapi percayalah, jika semua perintah dikerjakan dan larangan ditinggalkan, puasa ramadan sesungguhnya dapat meningkatkan produktivitas. Insya Allah. Selamat puasa.

> 04.08.10: Megalomania



Megalomania

Jakarta Wed 04 Aug 2010


“Apa yang mencegahmu sehingga engkau tidak mau sujud ketika Aku memerintahkanmu untuk sujud?” tanya Allah kepada Iblis. Saat itu Alloh menciptakan Adam, dan memerintahkan Malaikat dan Iblis yang sudah diciptakan lebih dulu untuk sujud kepada Adam. Malaikat sujud, tetapi Iblis tidak.

“Ana khoirun minhu ‘“ Aku lebih baik dari dia” jawaban Iblis.

“Engkau jadikan aku min naar ~ dari api sedangkan Engkau jadikan dia min tiin ~ dari tanah” katanya lagi.

Itulah peristiwa pembangkangan perdana didalam sejarah penciptaan makhluk isi alam semesta. Pembangkangan yang disebabkan megalomania, sebuah sindrom merasa hebat, besar, unggul, lebih segalanya dari yang lain.

Malaikat yang terbuat min nur dari cahaya mau sujud kepada Adam, padahal cahaya lebih tinggi derajatnya dari api dan tanah. Kecepatan cahaya yang 300 ribu kilometer per detik, misalnya, sampai sekarang belum ada dzat lain yang bisa menandinginya. Karena pembangkangan itu Iblis pun diusir dari sorga.

Segala sesuatu yang besar itu pada umumnya baik, tetapi jangan ketika sudah besar kemudian menjadikan sombong, takabur, atau lupa diri. Yang lebih repot lagi jika sebenarnya tidak besar, tetapi merasa dirinya besar.

Power syndrome dialami oleh mereka yang sebelumnya, dalam batas-batas tertentu, mengalami sindrom megalomania. Seorang pensiunan perwira tinggi yang puluhan tahun didampingi ajudan, sulit menerima kenyataan tiba-tiba harus booking tiket sendiri.

Setelah mengalami kehidupan yang “up and down” tetap saja banyak dijumpai individu yang ketika sudah melewati usia produktif dan memasuki masa pensiun, ternyata belum memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi masa-masa pensiun. Akibatnya, waktu yang seharusnya lebih banyak digunakan untuk taqorrub ilalloohi mendekatkan diri kepada Allah, justru masih digunakan untuk bekerja mencari nafkah.

Dalam skala korporasi, setelah mengalami masa-masa yang “up and down” , kebanyakan perusahaan di dunia yang hanya bertahan tiga generasi. Megalomania yang berdampak kepada ketidak-waspadaan kontrol juga menimpa perusahaan yang sudah berumur ratusan tahun. Bank Barings yang berdiri 1763 bangkrut hanya oleh seorang trader bank itu yang bergerak sendiri tanpa kontrol: Nick Leeson. Di tahun kebangkrutannya 1994 merchant bank tertua itu hanya dihargai 1 poundsterling.

Dalam skala negeri, ah, lihat saja dari sekian banyak bangsa-bangsa Eropa peserta Piala Dunia 2010 yang dulunya begitu merajai dan menjajah berbagai pelosok di dunia, masih berapa dari mereka yang secara ekonomi dan politik masih eksis di percaturan dunia?

Kembali ke Iblis. Pengusirannya dari sorga berbuntut panjang. Dia bersumpah la amlanna jahannama ~ akan mengisi penuh neraka jahannam dengan cara menggoda manusia. Antara lain dengan sifat megalomania sehingga lupa kepada Allah Dzat yang menciptakan segala sesuatu.

Indonesia adalah negeri yang sangat luas. Bentangannya dari Timur ke Barat hampir sama dengan bentangan negara adidaya Amerika Serikat. Bedanya, disana semuanya daratan yang dapat ditempuh dengan jalan darat, sedangkan disini sebagian besar lautan yang terdiri atas ribuan pulau yang hanya dapat ditempuh melalui jalan air.

Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang hanya punya 2 musim tidak ada duanya. Tempat kolam susu, batu dan kayu jadi tanaman, kata Koes Plus.

Satu yang harus dihindarkan bangsa ini: jangan pernah dijangkiti sindrom megalomania. Jalan dan bahan untuk menuju baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur sudah melimpah-ruah tersedia. Tinggal bagaimana memanfaatkannya. Insya Allah.

Teddy Suratmadji

> 28.07.10: Bangsa Berakhlakul Karimah