10.11.10

> 10.11.10: Husnudzon, Bersangka Baik














Husnudzon Bersangka Baik

Jakarta Wed 10 Nov 2010


Sesungguhnya Allah SWT 'indadz dzonni 'abdii bii bersama persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Demikian bunyi sebuah hadis. Kalau hamba bersangka baik kepada Allah, maka Allah akan memberikan yang baik pula, dan vice versa kalau hamba bersangka buruk kepada Allah, maka Allah akan memberikan yang buruk pula.


Sikap manusia terbagi dua. Mereka yang selalu bersikap husnudzon - bersangka baik, positive thinking, optimistis. Satu lagi yang selalu bersikap suudzon - bersangka buruk, negative thinking, pesimistis.


Orang yang husnudzon akan selalu memandang segala sesuatu hal itu baik, sampai terbukti buruk. Sebaliknya, orang yang suudzon akan selalu memandang segala sesuatu hal itu buruk, sampai terbukti baik.


Pilih yang mana? Tentu saja pilih husnusdzon yang sesungguhnya adalah identik dengan asas praduga tak bersalah atau "presumption of innocence" di mana seseorang dinyatakan tidak bersalah sampai pengadilan menyatakan bersalah.


Pengecualian tentu saja diberikan kepada profesi tertentu yang memang mengharuskan curiga, suudzon. Spion, misalnya. Jika sikapnya husnudzon terus, maka pekerjaannya sebagai spion sudah dipastikan tidak beres. Spion model itu tentunya umurnya pendek. Keburu "dimakan" kontra-spionase.


Atau pengacara. Baik atau buruknya klien tetap harus dicitrakan baik. Sebaliknya, buruk atau baiknya lawan berperkara tetap harus dibuat buruk. Sebab kalau tidak bersikap demikian, siapa yang akan memakai jasa pengacara yang selalu kalah gara-gara husnudzon ke lawan berperkara?


Sesungguhnya orang Indonesia memiliki kultur yang husnudzon. Terhadap apapun yang terjadi, selalu saja ada "untung"nya.


Ketika terjadi kecelakaan dan kendaraannya rusak, maka katanya: "Untung tidak ada yang terluka." Ketika ada yang terluka, maka katanya: "Untung tidak ada korban jiwa." Ketika ada korban jiwa, maka katanya: "Untungnya yang mati dia." Dan seterusnya.


Sikap itu sesungguhnya sesuai dengan sebuah hadis yang berbunyi "lihatlah kepada yang asfala minkum - lebih rendah dari kamu sekalian, dan jangan melihat kepada yang fauqokum - lebih tinggi dari kamu sekalian".


Adakalanya sikap husnudzon ini justru menjadi hal yang kontraproduktif jika diterapkan untuk menghibur diri atas perkara yang negatif. Ketika divonnis hukum penjara: "Untung harta tidak disita," katanya. Ketika divonis hukum penjara dan harta disita: "Untung masih ada harta tersembunyi," katanya. Ketika segalanya habis: "Untung tidak kena stroke," katanya.


Apakah dengan husnudzon kemudian tidak harus membuat exit strategy atau mempersiapkan plan A - plan B? Tentu saja harus dibuat. Menyiapkan exit strategy adalah justru bagian dari husnudzon, bahwa dalam keadaan yang sangat terdesakpun, sudah dipersiapkan jalan keluarnya.


Hadis tentang dzon atau persangkaan yang sudah ada sejak 14 abad yang lalu, secara ilmiah sudah dapat dibuktikan. Simak saja di www.thesecret.tv bagaimana the law of attraction digunakan oleh manusia-manusia hebat di dunia: Beethoven, Da Vinci, Edison, Einstein, Emerson, Galileo, Hugo, Lincoln, Newton, Plato, Shakespeare. Termasuk Jack Canfield pengarang buku series Chicken Soup for the Soul yang sudah mencapai 200 judul dengan 114 juta eksemplar dan sudah beredar di 40 negara. Padahal masa kecilnya yang tidak bahagia karena ibunya alcoholic bapaknya workaholic. Modal awal mereka semua adalah sama: husnudzon.


Bagaimana kalau sudah husnudzon diikuti dengan usaha dan doa tapi tidak sesuai dengan setting goal, tidak tercapai target atau bahkan negatip alias tekor?


Jika itu yang terjadi, maka sikap husnudzon nya adalah dengan mengatakan: "Sudah husnudzon saja goals tidak tercapai, bagaimana jadinya kalau suudzon?"


Saat ini bangsa Indonesia sedang dihadapkan dengan tsunami di Mentawai sampai letusan Gunung Merapi. Tidak ada seorang pun manusia yang bisa mencegahnya karena itu semua merupakan act of God. Namun atas semua yang terjadi, sikap husnudzon tetap harus menjadi landasan.


Pertama, husnudzon bahwa ini adalah cobaan. Sebagai bukti bahwa Allah SWT sedang cinta kepada bangsa ini. Janganlah suudzon ini mengatakan sebuah azab. Kecuali bagi orang yang tidak waras, cobaan ini akan mendekatkan diri kepada-Nya.


Kedua, husnudzon bahwa satu saat cobaan ini akan berakhir. Tidak ada kenikmatan yang kekal. Sebaliknya, tidak ada pula cobaan yang akan ditimpakan selamanya. Semua pasti ada akhirnya. Maka kesabaran adalah kunci dari keberhasilan menunggu berakhirnya cobaan.


Ketiga, husnudzon bahwa ada hikmah di balik ini semua. Ada yang harga yang harus dibayar mengapa tanah di Pulau Jawa subur adalah karena banyaknya gunung berapi yang manakala secara rutin dalam siklus puluhan atau ratusan tahun meletus menyemburkan mineral yang menyuburkan tanah.


Adakah hikmah dari meletusnya gunung Vesuvius pada 79 Masehi? Sebuah kota bernama Pompeii semasa kekaisaran Romawi kuno terkubur total. Ketika secara tidak sengaja tergali, maka ada hikmah dibalik kejadian itu. Karena informasi kehidupan manusia belasan abad yang lalu secara detail bisa diwariskan kepada manusia masa kini. Apakah karena peristiwa itu kemudian Vesuvius dijauhi? Ternyata tidak. Saat ini di kaki gunung itu adalah kota padat yang menjadikannya daerah gunung berapi yang paling berisiko di dunia, karena penduduk sudah mencapai 3 juta jiwa. Seperti apa evakuasi yang harus dilakukan jika gunung itu batuk.


Tentu saja harus tetap husnudzon bahwa cobaan letusan Gunung Merapi akan segera berakhir. Semoga niat baik para pemuka agama untuk memanjatkan doa bersama bisa terwujud dalam beberapa hari ini, dan husnudzon Allah SWT mengabulkannya. Amin.