10.11.10

Tanggal Muat dan Judul Artikel di Koran Jurnal Nasional

  1. 10.11.10: Husnudzon, Bersangka Baik
  2. 03.11.10: Force Majeure!
  3. 27.10.10: Makar
  4. 20.10.10: Green Tourism dan Eat, Pray, Love
  5. 13.10.10: Syahid Kehormatan Bangsa
  6. 06.10.10: Musibah dan Cobaan
  7. 29.09.10: Jamaah Antisuap
  8. 22.09.10: Halal Bi Halal Versus Sidak
  9. 15.09.10: Bulan Syawal dan Countdown
  10. 08-14.09: Idul Fitri dan Fitrah Berseteru
  11. 01.09.10: Lailatulkadar dan Hukum Pareto
  12. 25.08.10: Ulama dan Umaro
  13. 18.08.10: Perang GCG Pascakemerdekaan
  14. 11.08.10: Puasa Ramadan vs. Produktvitas
  15. 04.08.10: Megalomania
  16. 28.07.10: Bangsa Ber-Akhlakul Karimah
  17. 21.07.10: Ilmu Vs. Amal
  18. 14.07.10: Pernik Piala Dunia 2010
  19. 07.07.10: LHKPN-KPK Vs. Audit Bukit A'raf
  20. 30.06.10: Lisanmu Pedangmu, Harimaumu
  21. 16.06.10: Pahala Cinta Produk Indonesia
  22. 09.06.10: Ideologi Baru: Green Economy
  23. 02.06.10: Jurnas Media Kifayah ---
  24. 26.05.10: Memilih CEO Maslahat
  25. 19.05.10: Ziarah Lapas Tipikor
  26. 12.05.10: Istikharah Presiden dan Menkeu
  27. 05.05.10: Spiritual Bipartit
  28. 28.04.10: HRD Ekspatriat
  29. 21.04.10: Kemitraan Mbah Priuk
  30. 14.04.10: Manusia Mulia dan Hina
  31. 07.04.10: Padu Padan Spiritual dan Material
  32. 31.03.10: Procrastination Menggerus Iman
  33. 24.03.10: Dosa Melibas Pahala
  34. 12.03.10: Syukur Vs. Kufur

> 10.11.10: Husnudzon, Bersangka Baik














Husnudzon Bersangka Baik

Jakarta Wed 10 Nov 2010


Sesungguhnya Allah SWT 'indadz dzonni 'abdii bii bersama persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Demikian bunyi sebuah hadis. Kalau hamba bersangka baik kepada Allah, maka Allah akan memberikan yang baik pula, dan vice versa kalau hamba bersangka buruk kepada Allah, maka Allah akan memberikan yang buruk pula.


Sikap manusia terbagi dua. Mereka yang selalu bersikap husnudzon - bersangka baik, positive thinking, optimistis. Satu lagi yang selalu bersikap suudzon - bersangka buruk, negative thinking, pesimistis.


Orang yang husnudzon akan selalu memandang segala sesuatu hal itu baik, sampai terbukti buruk. Sebaliknya, orang yang suudzon akan selalu memandang segala sesuatu hal itu buruk, sampai terbukti baik.


Pilih yang mana? Tentu saja pilih husnusdzon yang sesungguhnya adalah identik dengan asas praduga tak bersalah atau "presumption of innocence" di mana seseorang dinyatakan tidak bersalah sampai pengadilan menyatakan bersalah.


Pengecualian tentu saja diberikan kepada profesi tertentu yang memang mengharuskan curiga, suudzon. Spion, misalnya. Jika sikapnya husnudzon terus, maka pekerjaannya sebagai spion sudah dipastikan tidak beres. Spion model itu tentunya umurnya pendek. Keburu "dimakan" kontra-spionase.


Atau pengacara. Baik atau buruknya klien tetap harus dicitrakan baik. Sebaliknya, buruk atau baiknya lawan berperkara tetap harus dibuat buruk. Sebab kalau tidak bersikap demikian, siapa yang akan memakai jasa pengacara yang selalu kalah gara-gara husnudzon ke lawan berperkara?


Sesungguhnya orang Indonesia memiliki kultur yang husnudzon. Terhadap apapun yang terjadi, selalu saja ada "untung"nya.


Ketika terjadi kecelakaan dan kendaraannya rusak, maka katanya: "Untung tidak ada yang terluka." Ketika ada yang terluka, maka katanya: "Untung tidak ada korban jiwa." Ketika ada korban jiwa, maka katanya: "Untungnya yang mati dia." Dan seterusnya.


Sikap itu sesungguhnya sesuai dengan sebuah hadis yang berbunyi "lihatlah kepada yang asfala minkum - lebih rendah dari kamu sekalian, dan jangan melihat kepada yang fauqokum - lebih tinggi dari kamu sekalian".


Adakalanya sikap husnudzon ini justru menjadi hal yang kontraproduktif jika diterapkan untuk menghibur diri atas perkara yang negatif. Ketika divonnis hukum penjara: "Untung harta tidak disita," katanya. Ketika divonis hukum penjara dan harta disita: "Untung masih ada harta tersembunyi," katanya. Ketika segalanya habis: "Untung tidak kena stroke," katanya.


Apakah dengan husnudzon kemudian tidak harus membuat exit strategy atau mempersiapkan plan A - plan B? Tentu saja harus dibuat. Menyiapkan exit strategy adalah justru bagian dari husnudzon, bahwa dalam keadaan yang sangat terdesakpun, sudah dipersiapkan jalan keluarnya.


Hadis tentang dzon atau persangkaan yang sudah ada sejak 14 abad yang lalu, secara ilmiah sudah dapat dibuktikan. Simak saja di www.thesecret.tv bagaimana the law of attraction digunakan oleh manusia-manusia hebat di dunia: Beethoven, Da Vinci, Edison, Einstein, Emerson, Galileo, Hugo, Lincoln, Newton, Plato, Shakespeare. Termasuk Jack Canfield pengarang buku series Chicken Soup for the Soul yang sudah mencapai 200 judul dengan 114 juta eksemplar dan sudah beredar di 40 negara. Padahal masa kecilnya yang tidak bahagia karena ibunya alcoholic bapaknya workaholic. Modal awal mereka semua adalah sama: husnudzon.


Bagaimana kalau sudah husnudzon diikuti dengan usaha dan doa tapi tidak sesuai dengan setting goal, tidak tercapai target atau bahkan negatip alias tekor?


Jika itu yang terjadi, maka sikap husnudzon nya adalah dengan mengatakan: "Sudah husnudzon saja goals tidak tercapai, bagaimana jadinya kalau suudzon?"


Saat ini bangsa Indonesia sedang dihadapkan dengan tsunami di Mentawai sampai letusan Gunung Merapi. Tidak ada seorang pun manusia yang bisa mencegahnya karena itu semua merupakan act of God. Namun atas semua yang terjadi, sikap husnudzon tetap harus menjadi landasan.


Pertama, husnudzon bahwa ini adalah cobaan. Sebagai bukti bahwa Allah SWT sedang cinta kepada bangsa ini. Janganlah suudzon ini mengatakan sebuah azab. Kecuali bagi orang yang tidak waras, cobaan ini akan mendekatkan diri kepada-Nya.


Kedua, husnudzon bahwa satu saat cobaan ini akan berakhir. Tidak ada kenikmatan yang kekal. Sebaliknya, tidak ada pula cobaan yang akan ditimpakan selamanya. Semua pasti ada akhirnya. Maka kesabaran adalah kunci dari keberhasilan menunggu berakhirnya cobaan.


Ketiga, husnudzon bahwa ada hikmah di balik ini semua. Ada yang harga yang harus dibayar mengapa tanah di Pulau Jawa subur adalah karena banyaknya gunung berapi yang manakala secara rutin dalam siklus puluhan atau ratusan tahun meletus menyemburkan mineral yang menyuburkan tanah.


Adakah hikmah dari meletusnya gunung Vesuvius pada 79 Masehi? Sebuah kota bernama Pompeii semasa kekaisaran Romawi kuno terkubur total. Ketika secara tidak sengaja tergali, maka ada hikmah dibalik kejadian itu. Karena informasi kehidupan manusia belasan abad yang lalu secara detail bisa diwariskan kepada manusia masa kini. Apakah karena peristiwa itu kemudian Vesuvius dijauhi? Ternyata tidak. Saat ini di kaki gunung itu adalah kota padat yang menjadikannya daerah gunung berapi yang paling berisiko di dunia, karena penduduk sudah mencapai 3 juta jiwa. Seperti apa evakuasi yang harus dilakukan jika gunung itu batuk.


Tentu saja harus tetap husnudzon bahwa cobaan letusan Gunung Merapi akan segera berakhir. Semoga niat baik para pemuka agama untuk memanjatkan doa bersama bisa terwujud dalam beberapa hari ini, dan husnudzon Allah SWT mengabulkannya. Amin.

> 03.11.10: Force Majeure!




Force Majeure!

Wed 03 Nov 2010

H Teddy Suratmadji

Sesungguhnya Allah ketika ahabba--cinta kepada suatu kaum maka ibtalaahum--mencoba Allah kepada kaum itu. Demikian bunyi sebuah hadits.

Itulah bedanya Khalik dengan makhluk. Ketika boss senang kepada bawahannya, dipromosikanlah dia. Ketika orang tua senang kepada anaknya, dibawalah ke mal. Ketika suami sedang cinta kepada istri, dan sedang banyak uang, dibelikannyalah hadiah-hadiah.

Namun ketika Allah SWT cinta kepada suatu kaum, justru kaum itu akan dicoba. Di antaranya dengan musibah, bencana. Suatu keadaan memaksa yang di luar kemampuan manusia untuk menolaknya. Force majeure.

Adapun bentuk cobaannya adalah ba'sa--bahaya, dlorro--kemelaratan, dan zulzilu--gonjang-ganjing. Demikian beratnya cobaan sampai-sampai ditulis di Al Quran ucapan: 'mata nashrullah?--mana pertolongan Allah?'

Allah tentu saja mempunyai tujuan atas ditimpakannya cobaan kepada suatu kaum, yaitu untuk mengetahui siapa yang menerimanya dengan keimanan. Sikap itulah yang seharusnya dimiliki bangsa ini ketika ditimpa bencana. Seperti ucapan Ketua Umum PB NU Said Aqil Siradj: "Bencana ini bukan karena bangsa ini banyak dosa".

Beberapa waktu lalu bahkan serangkaian bencana alam di Indonesia sempat-sempatnya dikaitkan karena Indonesia memiliki seorang presiden bernama SBY. Ini tidak hanya keterlaluan, tetapi adalah syirik yang tidak berampun. Pernah punya dosa sebesar apa Presiden SBY sampai harus dibalas oleh Allah SWT dalam bentuk bencana kepada rakyatnya? Astaghfirullaah.

Indonesia secara geologis terletak di tiga lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik yang labil. Selain itu, Indonesia terdiri atas rangkaian gunung api, walaupun karena itu pulalah Indonesia subur-makmur dan, seperti kata Koes Plus, lautannya kolam susu dan tanahnya tempat batu dan kayu jadi tanaman.

Hari-hari ini Indonesia sedang dicoba dengan bencana. Banjir bandang Wasior Papua Barat (4/10) yang menewaskan 164 orang dan 121 dinyatakan hilang. Disusul tsunami yang meluluhlantakkan Kepulauan Mentawai Sumatera Barat (25/10) dengan 423 orang tewas dan 6 turis dinyatakan hilang. Disusul lagi Gunung Merapi meletus (26/10) dan tewas 36 orang. Belum lagi aktivitas Anak Krakatau dan Papandayan meningkat. Tidak mau ketinggalan Jakarta (25/10) dilanda "genangan air" yang masif.

Repotnya, teknologi masa kini belum bisa memprediksi dengan pasti kapan akan terjadi bencana. Yang bisa dilakukan adalah sebatas menerangkan proses yang sudah terjadi. Komunikasi ternyata juga masih menjadi kendala. Buktinya Badan Nasional Penanggulangan Bencana baru mengetahui tsunami keesokan harinya, jam 10 pagi atau 12 jam setelah kejadian. Itupun dari media asing.

Beragamlah sikap bangsa Indonesia terhadap bencana ini. Tentu saja tidak semua bisa menunjukkan sikap rida, sabar dan tawakal. Simak saja SMS berantai yang beredar di ibu kota pascamusibah (25/10) yang di-copy-paste apa adanya, sbb:

Ass wr wb. Salam hormat dari Pemerintah Provinsi DKI Jkt, Pada saat2 spt sekarang ini, mohon disampaikan kpd ummat agar selalu ingat atas karunia Allah yg diberikan kpd kita warga Jakarta dan bersyukur kepadaNya, karena di sela2 anomali cuaca yg sangat ekstreem akhir2 ini, kita warga Jakarta diberikan ujian yg mungkin cukup mengganggu masyarakat seperi adanya kemacetan (yg hanya 1 atau 2 hari saja) serta adanya jalan yg digenangi air sebentar. Ujian ini bila dibandingkan dengan ujian dan musibah yg dialami saudara2 kita di kawasan Merapi, Wassior dan Mentawai tentu kita masih tergolong lebih baik. Mari kita kembali mengingat besarnya karunia itu dan memohon anugerahNya agar kita menjadi warga dan umat yg baik. Hindari diri dari mengumpat serta mencaci, karena hakikat musibah itu adalah dari Allah serta bagaimana sikap kita menghadapinya. Tolong pesan ini disampaikan kepada segenap ummat di sela2 pengajian...

Jika "genangan air" Jakarta secara tidak fair memojokkan seakan-akan semua kesalahan ada di Gubernur DKI Fauzi Bowo, jika tsunami memojokkan Ketua DPR Marzuki Ali seakan-akan pernyataannya menyuruh masyarakat pesisir untuk hijrah dari Kepulauan Mentawai, maka letusan Merapi justru mengangkat nama juru kunci Mbah "Sing Mbaureksa" Maridjan yang tidak mau meninggalkan lereng gunung sejarak 5 km dari kawah dan memilih mati syahid sambil sujud di dalam tugas. Mirip Kapten Rivai nakhoda Kapal Tampomas II yang gugur syahid dalam tugas di Masalembo yang kisah heroiknya diabadikan Ebiet G Ade dalam lagu "Sebuah Tragedi 1981".

Force majeure adalah keadaan memaksa yang tidak bisa dihindarkan. Kontrak bisnis yang baik selalu mengandung klausul tentang force majeure yang biasanya dirinci (urut abjad) banjir, bencana alam, bencana nuklir, blokade, embargo, epidemi, gelombang, gempa bumi, gunung meletus, huru-hara, karantina, kebakaran, kebijakan pemerintah, pemogokan, penyitaan, perang atau keadaan serupa perang, petir, revolusi, sabotase dan keadaan yang tak terduga lainnya.

Kembali ke hadis di awal, sikapilah bahwa segala force majeure adalah merupakan tanda kecintaan Allah SWT. Syaratnya: rida, sabar, dan tawakal.

Tidak ada satu pun yang bisa menghindar dari force majeure. Cara terbaik menghadapinya adalah dengan berbuat semaksimal dan sebaik mungkin segala hal yang bisa dilakukan, lalu bacalah surat Al Baqarah ayat terakhir:

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya..."

> 27.10.10: Makar



.


Makar

Jakarta Wed 27 Oct 2010


Wa MAKARuu wa MAKARullah - dan berupadaya mereka, dan berupadaya Allah. Itulah salah satu dari firman Allah di dalam Al Quran yang menjadi dasar kosakata "makar" yang berarti pengambil-alihan kekuasaan secara paksa alias coup d'etat.


Makar sudah ada sejak zaman dahulu kala. Absyalum makar kepada bapaknya Raja yang juga Nabi Daud walaupun gagal dan tahta diwariskan kepada Raja yang juga Nabi Sulaiman. Aurangzeb makar kepada bapaknya Maharaja Shah Jahan, mengisolasinya sampai pemrakarsa mahakarya masjid batu pualam Taj Mahal itu meninggal.


Di zaman modern, 1999, Kepala Staf AD Pakistan Jenderal Pervez Musharraf "terpaksa" makar kepada Perdana Menteri Nazwar Syarif. Gara-garanya, ketika Jenderal hendak mendarat di bandara Karachi dari sebuah penerbangan luar negeri, PM mengeluarkan perintah yang keterlaluan: bandara diblokir dan izin mendarat tidak diberikan. Satu yang terabaikan PM adalah bahwa yang berada di pesawat adalah seorang yang punya banyak bawahan dengan jalur komando. Mereka bergerak cepat. Pesawat berhasil mendarat ketika bahan bakar tinggal tersisa beberapa menit lagi. Dan cerita selanjutnya adalah tinggal sejarah.


Di Indonesia? Ken Arok makar kepada Tunggul Ametung. Belasan tahun kemudian, Anusapati bin Tunggul Ametung membalas makar kepada Ken Arok. Dan banyak makar lain lagi. Namun di masa modern, selama enam kali Indonesia berganti Presiden, tidak pernah terjadi makar.


Sempat ada dugaan Surat Perintah Sebelas Maret alias Supersemar adalah sebuah makar karena dibuat di bawah todongan pistol. Namun bagaimana kisah sebenarnya, sudah dibawa salah satu pelaku sejarah terakhir Supersemar Jenderal (Purn) M Jusuf ke alam baka. Walhasil, Indonesia merdeka tidak mengenal makar. Alhamdulilah.


Beberapa hari sebelum Rabu pekan lalu (20/10) beredar SMS bahwa pada tanggal itu, bertepatan dengan 100 hari pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), akan ada demo besar-besaran. Tidak disebutkan akan makar, tapi mau apa lagi kalau bukan untuk itu?


Subhanallah, tepat sebulan sebelumnya (20/9) Pemimpin Umum Harian Jurnal Nasional N Syamsuddin Ch Haesy menurunkan tulisan berjudul "Bukalah Kacamata Hitam Itu". Cerita tentang seorang Ulama Banten Selatan yang membuat keputusan drastis: tidak akan lagi menonton TV! Apa pasal?


Karena menurut pengamatan Ulama Sepuh itu, sejak enam tahun terakhir sesungguhnya negeri ini sedang bergerak minadz dzulumati ilan nur - dari kondisi gelap remang ke cahaya terang-benderang. Tetapi pemberitaan di TV tidak menunjukkan seperti itu. Karena memakai kacamata Ray Ban, maka seterang apapun cahaya nur, tetap saja kelihatan gelap dzulumat.


Tsummun bukmun 'umyun - tuli bisu buta. Sesuai bunyi salah satu ayat Al Quran, seperti itulah barangkali gambaran segelintir manusia yang tidak bisa melihat kenikmatan yang hakikatnya diberikan oleh Allah SWT. Padahal syukur adalah sebuah kewajiban. Barangsiapa yang tidak syukur kepada kenikmatan yang qolil alias kecil, sama saja dengan tidak mensyukuri kenikmatan yang kabir alias besar. Barangsiapa tidak syukur kepada manusia perantara nikmat, sama saja dengan tidak syukur kepada Allah. Demikian bunyi sebuah hadit.


Dalam wawancara yang disiarkan RRI (25/10), Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengatakan bahwa sekalipun indikator-indikator kuantitatif sesungguhnya cukup baik, namun humas pemerintahan tidak jalan. Banyak kementerian yang tidak maksimal dalam mengkomunikasikan kemajuan.


Padahal litbang sebuah koran nasional menunjukkan bahwa apresiasi positif publik terhadap Presiden SBY pada bulan 3, 6, 9, dan 12 lebih tinggi dibandingkan apresiasi publik terhadap dua presiden pendahulunya pada periode yang sama. Kepada Presiden SBY, Lingkaran Survey Indonesia LSI bahkan memberi grade A, tingkat kesukaan publik tertinggi yang bisa dicapai seorang politisi.


Lamban? Sebuah koran yang biasanya sangat kritis dan sarkastis, akhirnya dalam sebuah editorialnya memberikan pujian atas tindakan-tindakan cepat dan tepat Presiden SBY, antara lain ketika pada detik-detik terakhir membatalkan muhibahnya ke Belanda.


Dalam wawancara yang disiarkan RRI (20/10), Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menengarai ada sesuatu yang harus dikoreksi di negeri ini. Karena semua kesalahan legislatif dan bahkan yudikatif dibebankan kepada Presiden yang adalah eksekutif. Simak daftar panjang tuntutan, lalu buatlah matriks trias politica. Dijamin, hanya sebagian saja yang layak masuk ke kolom eksekutif. Artinya, banyak tuntutan yang salah alamat.


Syukur alhamdulillah, suara sebagian masyarakat yang direpresentasikan ulama Banten di atas, lebih didengar oleh Allah SWT. Di sepanjang Jalan Sudirman dan Thamrin di mana Bundaran HI sebagai pembatasnya, hari Rabu itu lengang. Demikian pula di kota-kota besar di seluruh Indonesia ketika demo berlangsung. Yang rugi tentu saja rakyat. Di antaranya pengemudi angkutan umum. Atau cek saja occupancy atau tingkat hunian hotel-losmen. Hari itu anjlok.

Wa 'ammaa bini'mati robbika fahaddits - dan dengan nikmat Tuhan engkau maka cerita-ceritakanlah. Demikian perintah Allah SWT di dalam Al Quran. Supaya umat tahu kejadian yang sebenarnya. Supaya ummat bisa bersyukur kepada Allah. Supaya ummat tidak mengingkari kenikmatan Allah.


Khawatir terbawa arus mengingkari kenikmatan itulah sesungguhnya yang ditakutkan Ulama Sepuh Banten yang memutuskan lebih baik mematikan TV.


Ayat yang disebut diawal, masih ada terusannya: Wallaahu khoirun MAAKIRiin - dan Allah sebaik-baiknya Dzat yang berupadaya. Bahwa Rabu (20/10), itu ternyata tidak ada makar, semua adalah upadayanya Allah. Alhamdulillah.

Teddy Suratmadji

> 20.10.10: Green Tourism dan Eat, Pray, Love

> 13.10.10: Syahid Kehormatan Bangsa

> 06.10.10: Musibah dan Cobaan