21.7.10

> 21.07.10: Ilmu Vs. Amal







Ilmu Vs Amal

Jakarta | Wed 21 Jul 2010


Kaburo maqtan - murka besar. Itulah warning sikap Allah SWT terhadap NATO - not action talk only atau OMDO - omong doang didalam Al-Quran surat Shaff.

Di surat Al-Baqoroh, kepada yang memerintah orang lain untuk berbuat kebaikan tetapi melupakan dirinya sendiri Allah SWT bertanya afala ta‘qilun ‘“ apakah kalian tidak berakal?

Ketika pengurus pusat sebuah ormas Islam besar mengeluarkan fatwa bahwa merokok itu haram, Masya Allah reaksi negatif masyarakat, bahkan dari sebagian anggota ormas itu sendiri. “Yang mengharamkan itu kan organisasi, saya mah tidak” kata seorang pengurus ranting.

Beberapa ratus meter dari Kabah ada billboard raksasa gambar jantung dibakar rokok. Tetapi di forum nasional Ijtima Ulama di Padang Panjang, upaya untuk memfatwakan rokok haram, tidak berhasil. Conflict of interest terlalu besar. Antara lain, jauh sebelum ilmu bahaya rokok terungkap, para Ulama sepuh yang wajib ditakdzimi sudah jadi perokok. Rokok sudah menjadi sumber tenaga, sumber ilham. Belum lagi banyak yang bisa naik haji karena menjadi bandar tembakau.

Tipikor ‘“ tindak pidana korupsi lebih ironis lagi. Banyak pelakunya dari kalangan penegak hukum yang eselonnya sudah menyundul langit. Jenjang kepangkatannya sudah mencapai tingkat yang paling tinggi. Di Kepolisian sudah mencapai tingkat ‘bintang‘, sedangkan di kejaksaan dan kehakiman sudah mencapai tingkat ‘agung‘.

Bahkan birokrat dari kalangan ilmuwan yang gelarnya sudah mentok sudah tidak ada lagi gelar diatasnya: Professor Doktor. Guru besar.

Ketika beberapa tahun lalu KPK menangkap tangan seorang anggota KPU sedang menyuap pengawas BPK di sebuah hotel, masyarakat Indonesia terperangah. Bukan karena nominal angpau yang dianggap cingcai karena ‘hanya‘ beberapa ratus juta saja, melainkan karena pelakunya seorang ilmuwan yang dihormati. Kok bisa, ya?

Lengkaplah sudah tipikor dilakukan oleh mereka yang segalanya sudah menyundul langit. Mantan Kapolri, mantan Hakim Agung, mantan Jaksa Agung (Muda), mantan Menteri, bahkan Menteri Agama.

Saat ini di Wikipedia sudah ada daftar koruptor Indonesia. Merinding melihat begitu banyak orang-orang berpendidikan sangat tinggi yang sudah divonnis yang terdaftar di ensiklopedia online internet terbesar di alam raya itu. Dan sudah dipastikan daftarnya akan bertambah panjang. Daftar yang akan dibaca bergenerasi-generasi kedepan.

Apa sih susahnya ilmu tipikor? Ini rumusnya: memperkaya diri dan atau orang lain serta merugikan negara. Sederhana.

Masalahnya bukan di sederhana atau sulitnya ilmu tetapi apakah ilmu itu mendatangkan manfaat dengan diamalkan. Sedangkan ilmu yang tidak bermanfaat saja jika diamalkan bisa mendatangkan kehebatan. Misalnya ilmu copet Jenderal Nagabonar.

Di dunia korporasi ada ISO: tulis yang akan dikerjakan dan kerjakan apa yang sudah ditulis. Itu adalah prosedur yang terdiri atas rangkaian ‘ilmu-ilmu‘ sederhana. Mengapa secara rutin lembaga pemberi sertifikasi harus melakukan pengecekan terhadap perusahaan pemegang sertifikat ISO? Rupanya jangankan di tingkat individu, di tingkat korporasi saja melaksanakan atau ‘mengamalkan‘ ilmu itu secara konsisten na‘udzubillah sulitnya.

Do‘a Nabi ketika minum air zamzam adalah meminta ‘ilman nafi‘a ‘“ ilmu yang bermanfaat, dan salah satu do‘a perlindungan Nabi adalah: min ‘ilmin laa yanfa dari ilmu yang tidak bermanfaat.

Yang gawat di Al-Quran surat Az-Zukhruf dinyatakan bahwa sorga itu diwariskan karena ta‘malun-amal. Jadi bukan karena ta‘lamun-ilmu. Konsekwesinya, ilmu yang tidak diamalkan bisa membawa ke neraka. Wah.

Teddy Suratmadji