20.7.10

> 16.06.10: Pahala Cinta Produk Indonesia







Pahala Cinta Produk Indonesia

Jakarta Wed 16 Jun 2010


HUBBUL wathan minal iman ~ cinta tanah air adalah bagian daripada iman, demikian kata sebuah pepatah. Jika dikembangkan, boleh-boleh saja pepatah itu menjadi berbunyi ‘cinta produk tanah air adalah bagian daripada iman‘. Demikian krusialnya kelangsungan produk dalam negeri, sampai-sampai pemerintah semua negara di dunia mengenakan proteksi pajak impor yang tinggi supaya barang luar negeri menjadi mahal dan kalah bersaing.


Adanya proteksi, apalagi di negara-negara sekuler, tentu saja bukan karena alasan religius seperti pepatah Arab tadi, tetapi karena alasan ekonomi. Jika produk dalam negeri tidak laku, bagaimana pabrikan bisa hidup? Jika pabrikan mati, bagaimana rakyat bisa hidup? Itulah tantangan yang dihadapi PT Sarinah (Persero) ketika Rabu minggu lalu Menteri BUMN bersama Menteri Perdagangan menekan tombol tanda dimulainya Kebangkitan Sarinah “100 persen Cinta Produk Indonesia”.


Berlokasi di Jalan Thamrin, saat ini Sarinah merupakan department store dengan image yang unik. Didalamnya unik dengan produk-produk batik, kerajinan tangan dan berbagai produk dalam negeri lainnya. Diluarnya unik dalam hal besarnya rasio tempat parkir terhadap bangunan utama. Tentu saja karena pada saat dibangun setengah abad yang lalu, parkir di bawah tanah malah aneh, dan dikategorikan overdesign.


Dalam sambutannya, Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengenang puluhan tahun lalu ketika untuk pertama kali menginjakkan kakinya di Jakarta, bangunan menjulang tinggi yang nampak ketika kapal yang membawanya merapat di Tanjung Priok hanya 3: Tugu Monas, Hotel Indonesia dan Toserba Sarinah.


Keberadaan Sarinah sebagai tempat bermain semasa kecil juga masih dalam kenangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama sebagaimana dinyatakannya dalam wawancara dengan sebuah stasiun TV swasta.


Dengan mitra pemasok sebanyak 600 UKM yang memenuhi lantai 4, 5 dan 6 serta ada yang sudah 40an tahun menjadi loyal supplier, Menteri BUMN mengharapkan pada saat Golden Age 50 tahun di 2012 nanti keseluruhan Sarinah yang berlantai 10 sudah memasarkan produk dalam negeri. Apalagi ada 141 BUMN yang bukan tidak mungkin sebagian bisa memiliki gerai di Sarinah.


Sarinah juga sudah menapaki green economy. Batik, yang biasanya yang menggunakan zat pewarna yang mencemari lingkungan, sekarang sudah beralih menjadi eco friendly batik. Pewarnanya 100 persen dari pepohonan.


Di era perdagangan bebas, berita buruknya adalah tidak ada lagi proteksi dari pemerintah. Artinya, perjuangan untuk lebih mencintai produk dalam negeri menjadi semakin berat. Kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu meneruskan pesan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang selalu disampaikan pada berbagai kesempatan, bahwa tantangan membuat produk Indonesia dicintai bangsa sendiri adalah bagaimana menghasilkan produk dengan kualitas bermutu dan dengan harga yang kompetitif.

Berita baiknya, ada hadits yang menyatakan bahwa pahala itu sebanding dengan ‘bala-i‘ alias beratnya rintangan. Artinya, pahala untuk mencintai produk Indonesia lebih besar di era perdagangan bebas sekarang jika dibandingkan dengan di masa lalu.


Dengan dinakhodai Direktur Utama Jimmy M. Rifai Gani yang masuk rekor MURI sebagai Dirut BUMN termuda, tantangan berat harus dihadapi. Dirut Sarinah yang nyantri ini tentunya tidak hanya concern dengan P&L (profit & loss) tetapi juga P&D (pahala & dosa). Selamat! Karena sebagai konsekwensi logis dari pepatah Arab tadi, barangsiapa yang berjuang agar umat cinta produk dalam negeri, selain mendapat profit, juga akan mendapat pahala. Insya Allah.

Teddy Suratmadji