20.7.10

> 09.06.10: Ideologi Baru: Green Economy







Ideologi Baru: Green Economy

Jakarta Wed 09 Jun 2010


KETIKA diperintah sujud kepada Adam, Malaikat dan Iblis membangkang. Tetapi alasan pembangkangan keduanya berbeda. Iblis membangkang karena dia diciptakan dari api - kholaqtanii min naari, sedangkan Adam diciptakan dari tanah - kholaqtahuu min tiin. Malaikat membangkang karena anak turun Adam itu yufsidu fil ardli - berbuat kerusakan di muka bumi.

Alloh lalu menguji Adam dan Malaikat untuk menyebut nama-nama benda sekitar. Adam lulus, sedangkan Malaikat tidak. Tentu saja, karena Allah mengajari yang satu tetapi tidak mengajari yang lain. Akhirnya malaikat sujud kepada Adam, dan tetap di sorga. Sedangkan Iblis keukeuh tidak mau sujud kepada Adam, sehingga Iblis diusir ke dunia. Tidak berapa lama, Adam pun diusir ke dunia, karena memakan buah larangan. Itulah penggalan cerita dari Al-Quran.


Ketika Al-Quran turun dan para sohabat menghafalnya di luar kepala, mereka tidak dapat membayangkan bahwa 14 abad kemudian 6,8 milyard manusia begitu hebatnya berbuat kerusakan di muka bumi. Awalnya dengan nawaitu untuk mensejahterakan manusia, tetapi caranya tidak arif. Akibatnya, antara lain global warming.


Saat megamusibah maskapai BP menumpah-ruahkan minyak di teluk Meksiko, maka maha benar firman-Nya didalam Al-Quran bahwa kerusakan karena perbuatan manusia itu tidak hanya terjadi fil barri di darat, tetapi juga fil bahri di laut. Di dalam pesannya pada Milad ke 4 Jurnas, Kamis lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang beberapa waktu yang lalu menanda-tangani moratorium Oslo untuk menghentikan sementara penebangan hutan, menjelaskan adanya ideologi ekonomi global baru Green Economy. Apa urusannya disampaikan dalam tasyakur HUT surat kabar?


Karena, kata Presiden, perlu tiga hal untuk mewujudkan Green Economy. Pertama, kebijakan pemerintah yang benar. Kedua, penggunaan iptek yang tepat. Ketiga, merubah mindset gaya hidup ummat. Untuk yang ketiga inilah media berperan.


Cucilah mobil dengan air yang ditampung dalam ember. Mandilah dengan air shower. Matikan mesin mobil di stopan ketika lampu merah. Jangan pakai styrofoam. Jangan membunuh cacing tanah. Kurangi penggunaan pestisida. Jangan mencoret, memahat, memaku batang pohon hidup. Hemat kertas, pakai kedua sisinya, dll.


Itulah contoh ajakan perubahan mindset untuk menyelamatkan air, udara, tanah, satwa, dan pohon yang tertulis -bukan di koran- tetapi di kalender meja PT Pupuk Sriwijaya (Persero). Bayangkan dampaknya kalau kebiasaan-kebiasaan sederhana sehari-hari itu dikerjakan oleh ratusan juta rakyat Indonesia.


Di hari lingkungan hidup sedunia 5 Juni kemarin, ada berita menarik dari Cilacap tentang seorang Ibu anggota sebuah lembaga dakwah yang membuat gaun pengantin, cendera mata dan asesoris mantenan dari barang bekas dan limbah non-B3. Disponsori PT Pertamina (Persero) Unit IV Cilacap, peristiwaunik itu masuk MURI.


Nah, segeralah memulai menerapkan ideologi baru Green Economy di tingkat korporasi. Setiap perusahaan harus membuat daftar yang harus dikerjakan Do‘s dan sebaliknya Don‘ts. Menindak-lanjuti pesan Presiden, Jurnas pun perlu membuat rubrik Green Economy.


Temuan terbaru Prof. Arysio Santos bahwa Indonesia adalah “Atlantis, The Lost Continent Finally Found” gara-gara Krakatau meletus 11.600 tahun silam. Seperti kata Presiden, jika di Indonesia yang adalah paru-paru dunia business as usual, maka dampak negatipnya akan sangat besar. Jangan sampai Benua Atlantis “tenggelam” untuk kedua-kalinya, gara-gara ulah manusia. Jangan biarkan Iblis yang dulu membangkang sujud kepada manusia, bersorak-sorai.

Teddy Suratmadji