20.7.10

> 14.04.10: Manusia Mulia dan Hina





Manusia Mulia, Manusia Hina

Jakarta Wed 14 Apr 2010

SEJAK zaman dahulu, sebagaimana diceritakan di dalam surat An-Naml , seorang raja yang mulia “a‘™izzatan” seketika bisa menjadi manusia hina “adlillatan”. Sang raja dibuat invalid atau dipancung. Keraton, istana, seluruh hartanya dirampas. Permaisuri, anak-cucunya dijadikan budak belian. Benar-benar dihinakan.

Hanya dalam sekejap mata, dinasti yang dibangun puluhan, bahkan ratusan tahun lenyap. Siapapun raja yang dikalahkan, ia akan dihinakan oleh raja yang mengalahkannya, kecuali oleh Raja Sulaiman. Maka itulah Ratu Bilqis bersedia takluk hanya dengan sepucuk surat dari Sulaiman yang bertuliskan Bismillaahirrohmanirrohiim yang dikirim burung Hud-Hud, karena dia tahu, Raja yang tentaranya jin dan manusia itu tidak akan menghinakannya.

Di abad sekarang tidak ada bedanya. Saddam Hussein tertangkap didalam gua di dalam tanah, diadili, kemudian digantung. Nicolae CeauÅŸescu di hadapkan dengan pengadilan tentara di gua persembunyiannya, lalu di dor. Sedangkan Najibullah benar-benar tanpa pengadilan, diarak, lalu oleh rakyatnya rame-rame digantung.

Saat ini bangsa Indonesia sedang disuguhi dramatisnya perubahan kemuliaan menjadi kehinaan. Orang yang kemarin hidupnya begitu terhormat, berlimpah harta, tiba-tiba saja jatuh. Kemarin menginap di hotel-hotel mewah dilayani roomboy, tiba-tiba harus tinggal di hotel prodeo dijaga sipir penjara.

Mengapa manusia dihormati dan dimuliakan? “Karena aib dan kesalahannya ditutup oleh Alloh” kata Aa Gymnastiar.

Aa Gym benar. Implikasi dari kalimat itu adalah ketika aib dan kesalahan tidak lagi ditutup oleh Alloh, maka orang itu tidak lagi akan dihormati dan dimuliakan. Itulah drama kehidupan sejak era reformasi, dengan puncaknya adalah di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sekarang.

Padahal yang menjebloskannnya kedalam kehinaan bukan setumpuk aib dan kesalahan. Para wakil rakyat anggota DPR, para eksekutif pemerintahan, para aparat penegak hukum, semua terjerembab hanya karena satu-dua aib dan kesalahan saja. Padahal di luar itu, Alloohu a‘™lam, entah berapa banyak yang pernah dilakukannya.

Telah beberapa minggu rakyat Indonesia menyaksikan bagaimana seorang PNS belia membuka aib dan kesalahan begitu banyak orang, tujuh orang di Polri dari mulai pangkat AKP sampai Jenderal; delapan orang di Kejaksaan dari mulai Kasi sampai Direktur; dan 10 orang di Ditjen Pajak tempatnya bekerja.

Sabtu kemarin, kembali rakyat Indonesia menyaksikan seorang PNS eselon II pemilik uang puluhan miliar rupiah, dititipkan di rekening anak-isterinya pula. Fotonya ketika digelandang polisi, dijadikan headline koran-koran nasional.

Betapa terhormat dan mulianya seseorang. Namun ketika Alloh membuka aib dan kesalahannya, Masya Allah.

Siapakah yang terbebas dari aib dan kesalahan? Tidak ada. Karena setiap anak Adam khottoo-un berbuat dosa, demikian sabda Nabi. Hanya tingkatnya saja berbeda.

Masalahnya adalah, apakah aib dan kesalahan ini akan terbuka di dunia? Atau di pending sampai di akhirat? Seperti seorang jenderal mantan boss BUMN perminyakan yang korupsinya baru terbuka dan disidangkan di pengadilan Singapura karena puluhan juta dollar uang komisinya disimpan di sana, setelah jasadnya bertahun-tahun disemayamkan di Taman Makam Pahlawan?

Alloohumma a‘™izzal Islaama wal muslimiin ~ Ya Allah muliakanlah Islam dan muliakanlah kaum Muslimin. Tentunya bukan dengan membiarkan mereka berbuat aib dan kesalahan lalu menutupinya. Melainkan jagalah mereka untuk tidak berbuat aib dan kesalahan.

Teddy Suratmadji