9.11.10

> 25.08.10: Ulama dan Umaro







Ulama dan Umaro

Jakarta Wed 25 Aug 2010


ULAMA adalah warotsatul anbiya atau pewaris para Nabi, demikian bunyi sebuah hadits. Di Indonesia jumlah ulama banyak sekali, dan Majelis Ulama Indonesia mulai MUI Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat adalah wadah resminya. Ketua Umumnya yang adalah Rois Aam NU KH Sahal Mahfuz dan Wakil Ketua Umumnya yang adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin merepresentasikan bahwa di MUI semua atribut aliran madzhab, dilepas. Alhamdulillah.

Umaro adalah pemimpin yang dipilih umat untuk memimpin mereka. Panduan pemilihannya sederhana. Barangsiapa memilih umaro ‘ala fiqhin karena keprofesionalannya, maka hayatan lahu walahum hidup pemimpin dan hidup pula umat. Sebaliknya jika dipilih ‘ala ghoiri fiqhin bukan karena keprofesionalannya, maka halaka lahu walahum baik pemimpin maupun umat, sama-sama akan rusak.

Umaro di kalangan ormas atau orpol mulai dari Ketua Pimpinan Anak Cabang di tingkat Kelurahan sampai Ketua Umum di tingkat Nasional. Umaro di lingkungan perusahaan mulai dari kepala regu sampai Direktur Utama.

Bedanya, Ketua di ormas atau orpol dipilih di Munas sebagai pemegang kekuasaan tertinggi organisasi dengan peserta perwakilan seluruh provinsi. Sedangkan Direksi ditunjuk oleh pemegang saham melalui RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Ketua Umum sebuah ormas atau orpol adalan manusia organg paling mahal di organisasinya, karena untuk memilihnya perlu biaya mahal untuk mendatangkan utusan propinsi di Munas.

Siapakah manusia yang nilainya paling mahal di sebuah negeri? Tentu saja Umaro alias Ulil Amri alias pemimpin negeri itu. Untuk memilihnya melewati proses yang sangat panjang dan melelahkan, dengan biaya yang amat sangat mahal pula. Setelah umaro terpilih, treatment yang diberikan tentu saja memerlukan biaya yang sangat mahal pula.

Barack Obama asalnya bukanlah siapa-siapa. Tetapi ketika terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, maka treatment yang diberikannya menjadi luar biasa. Orang sipil yang tiba-tiba saja menjadi Panglima Tertinggi atas Angkatan Bersenjata negara adidaya. Yang kepadanya selalu standby pesawat kepresidenan Air Force One. Dan kemana-mana dikelilingi Secret Services. Smartphone yang awalnya hanya BlackBerry diganti menjadi BarrackBerry, satu-satunya di dunia, semata-mata supaya keberadaannya tidak terdeteksi.

Pantaslah, tentunya setidaknya untuk kalangan Muslim yang percaya kepada Al-Quran, Alloh SWT berfirman supaya manusia taat kepada Allah, taat kepada Rasul, dan taat kepada ulil amri yang bagi sekalangan ulama diberi makna pemimpin sebuah negeri.

Bedanya, taat kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW adalah mutlak, sedangkan taat kepada ulil amri sepanjang tidak maksiat dan tidak bententangan dengan peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh para wakil rakyat yang memilihnya.

Maha Suci Allah, sebab jika tidak ada ayat yang memerintahkan manusia taat kepada ulil amri, alangkah kacaunya dunia ini.

Bayangkan, di negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia ini, dengan santainya fatwa Ulama dikecam dan dicela, tanpa hujjah yang nyata pula. Ironisnya, yang mengecam dan mencela adalah orang yang tidak memiliki ilmu agama yang cukup, sehingga hujjah yang diberikan tidak berdasarkan dalil-dalil Al-Quran dan Al-Hadits, melainkan semata-mata royu alias fikiran sendiri. Lebih ironis lagi, kecaman dan celaan itu dimuat pula di media.

Idem, kepada umaro yang dipilih oleh rakyat. Kecaman dan celaan sepertinya tidak ada hentinya. Bicara salah, tidak bicara salah. Bicara sedepa dikatakan kependekan, seharusnya sehasta. Bicara sehasta dikatakan kepanjangan, seharusnya sedepa. Bicara detil, dikatakan tidak pantas seorang pemimpin mengurus tetek-bengek. Bicara tidak detil, dikatakan pemimpin tidak menyentuh hal yang mendasar.

Jadi mau Ulama dan Umaro seperti apa? Apakah mau Ulama yang sekalian saja tanpa ampun memfatwakan memberlakukan hukum qisos sehingga semua bebatuan habis dipakai untuk meranjam para pezina? Apakah mau Umaro yang demi kesejahteraan rakyatnya bertindak dengan tangan besi?

Give me a break, kata orang Barat. Give them room for error, masih kata orang Barat. Ulama dan Umaro itu juga manusia biasa yang tidak lepas dari lupa dan salah. Beri mereka ruang untuk lupa dan salah.

Ada sebuah koran ibukota yang setiap harinya memuat perubahan ucapan tokoh pejabat pemerintahan dan tokoh masyarakat yang tidak konsisten. Maksudnya barangkali, inilah tokoh yang ucapannya ‘pagi tempe sore tahu‘. Padahal decision making adalah sebuah proses yang dinamis. Ketika ada perubahan atau penambahan informasi, maka keputusan justru harus diperbaiki. Manusia masa kini bukanlah Ksatria Laskar Pajang yang pantang menjilat ludah sendiri. Didalam Al-Quran saja dikenal nasih-mansuh. Sama sekali bukan tidak konsisten, melainkan karena asbabun-nuzul atau asal-usul turunnya ayat terjadi di saat yang berbeda.

Kepada tiga pemimpin negeri yang sudah dipanggil ke haribaan-Nya, diberinya julukan ‘gila‘. Ada yang ‘gila wanita‘, ada yang ‘gila tahta‘ dan ‘yang memilihnya yang gila‘. Astaghfirullah.

Di usianya yang ke 65, Republik ini masih ramai dengan seminar dan lokakarya mencari bentuk ‘karakter bangsa‘. Jangan jauh-jauh, cukup amalkan saja salah satu perintah akhlaqul karimah dari Rasulullah SAW untuk takdzim kepada ‘dzuu syaibah fil Islam‘ -mereka yang sudah beruban, banyak makan asam-garam, banyak ilmu, para Ulama dan umaro. Karena berdasarkan hadits, Ulama yang faqih itu ditinggikan beberapa derajat di sorga karena ilmunya, sedangkan Umaro yang adil itu derajatnya sama dengan Nabi dan syuhada. Insya Allah.