9.11.10

> 18.08.10: Perang GCG Pasca Kemerdekaan






Perang GCG Pasca Kemerdekaan

Jakarta Wed 18 Aug 2010


“Akan ada perang yang jauh lebih dahsyat dari ini” sabda Nabi usai memenangkan perang Badar dimana 313 orang muslimin melawan 1000 orang musyrikin. Artinya 1 lawan 3. Namun hasilnya 70 musyrikin mati, 70 ditawan, atau total 140 korban, sedangkan hanya 14 muslimin yang syahid. Artinya 1 banding 10.

Apakah perang yang lebih dahsyat dimana rasio input 1/3 sedangkan rasio output 10/1? ”Perang melawan hawa nafsu” sabda Nabi.

Enam puluh lima tahun para pejuang kemerdekaan membebaskan Indonesia dari penjajahan yang selama ratusan tahun menyengsarakan rakyat. Kemerdekaan yang ditebus dengan tidak terhitung nyawa syuhada.

Lalu apakah Indonesia sudah betul-betul merdeka? Dan -sebagaimana tercantum didalam Mukadimah UUD 1945- apakah sudah berhasil melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia? Apakah sudah berhasil memajukan kesejahteraan umum? Apakah sudah berhasil mencerdaskan kehidupan bangsa?

Sebagaimana paska perang Badar, ternyata ada perang yang lebih dahsyat daripada perang revolusi merebut kemerdekaan. Jika dulu perang revolusi fisik memerdekakan diri dari 1 hal yaitu penjajahan, maka sekarang perang non-fisik memerdekakan dari dari banyak hal.

Sebagaimana dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam ”kalimat negatip” pada pidato kenegaraan HUT Kemerdekaan RI ke 65 di Gedung MPR/DPR/DPD Senayan, Jakarta, Senin 16/8, bahwa Indonesia masih harus berjuang memerdekakan diri dari 5 hal: korupsi, diskriminasi, anarkis, ekstremisme, dan terorisme. Semuanya pekerjaan hawa nafsu.

Pejuang Indonesia melawan penjajah Belanda dan Jepang adalah sebagaimana muslimin melawan musyrikin di Badar. Wujudnya jelas. Tetapi ketika melawan hawa nafsu, wujudnya tidak jelas. Karena hawa nafsu dibawa oleh syetan yang disebutkan di sebuah hadits mengalir didalam aliran darah. Bagaimana menaklukkannya sesuatu yang mengalir didalam darah? Maka itulah Nabi menyebutnya sebagai peperangan yang jauh lebih dahsyat.

Beberapa cikal-bakal BUMN didirikan dari hasil pampasan perang. Beberapa masih eksis sampai sekarang. Misalnya pabrik kertas Padalarang yang berdiri tahun 1924 dan Leces tahun 1940. Saat ini ada 141 BUMN dengan total aset Rp2.234 triliun, atau setara dengan 40 persen PDB.

Dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan di ratusan lokasi upacara HUT Proklamasi ke 65 di seluruh BUMN se-Indonesia, 17/8, pesan Menteri BUMN yang sedang menggagas BUMN menjadi World Class Corporations disampaikan dengan sangat tegas karena menggunakan ”kalimat negatif”: meningkatkan kinerja BUMN dengan meninggalkan praktek-praktek yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Tentu saja pesan Good Corporate Governance (GCG) itu berlaku universal bagi seluruh dunia korporasi. Bahkan non-korporasi Good Governance (GG).

Sabda Nabi, setelah Badar dimenangkan, bersiap-siaplah berperang melawan musuh berikutnya yang jauh lebih dahsyat: syetan hawa nafsu. Senada dengan ucapan Presiden SBY, setelah 65 tahun merdeka, bersiap-siaplah melawan musuh berikutnya yang jauh lebih gawat: syetan korupsi, diskriminasi, anarkis, ekstremisme, dan terorisme. Senada dengan ucapan Menteri BUMN, setelah sedemikian besarnya BUMN dan menjadi sokoguru ekonomi bangsa, bersiap-siaplah berperang melawan musuh yang jauh lebih jahat: syetan anti GCG.

Peperangan yang bukan hanya memerlukan hardskills iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan softskills bangpri (pengembangan kepribadian) tetapi terutama supraskills imtaq (iman dan taqwa). Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur, Republik Indonesia.

Teddy Suratmadji